PANDUAN DALAM MEMOTIVASI KARYAWAN (Part 1)
Pendahuluan
Pertumbuhan sangat penting dalam suatu organisasi. Untuk mencapainya, manajemen dalam organisasi tersebut harus memiliki alat yang tepat & tim yang mendukung. Karyawan merupakan bagian dari tim dan merupakan elemen yang paling penting dan menentukan bagaimana bisnis di masa mendatang. Karena itu, penting bagi manajemen memahami apa yang perlu dilakukan agar karyawan tetap terlibat dan fokus pada tujuan bersama. Rahasia untuk memotivasi karyawan adalah dengan mengenal individu tim, menyesuaikan cara mengenali dan memotivasi mereka sesuai dengan karakter tim.
Bagaimana memotivasi karyawan?
Dalam tulisannya, Barros(2017)[1] memberikan 10 pedoman yang perlu diperhatikan dalam dalam memotivasi karyawan, yaitu 1) stop micromanaging, 2) give ownership, 3) push employees out of the comfort zone, 4) share information constantly, 5) create an environment focused on the top performers, 6) use a simple employee recognition tool, 7) fire underperformers, 8) encourage innovation and creativity, 9) invest in staff learning opportunities, & 10) do not hire clones.
- Stop Micromanaging
Manusia merupakan makhluk sosial dan tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Pernyataan diatas sangat tepat untuk menyatakan bahwa meskipun seseorang terlihat sebagai orang hebat, tidak berarti dia memiliki kekuatan super. Begitu juga dengan seorang manajer. Sehebat-hebatnya manajer akan sangat membutuhkan karyawan dibawahnya untuk menggapai keberhasilan. Karena itu kemampuan dalam mengelola karyawan sangat penting.
Alysa Gregory menulis mengenai bagaimana cara efektif mengatasi masalah micromanagement. Masalah micromanagement akan membuat karyawan terlalu bergantung pada manajer sehingga menjadi kurang belajar, berpikir dan menghasilkan hasil yang berkualitas untuk diri mereka sendiri. Memberikan arahan dan bantuan saat diperlukan dianjurkan, tetapi juga memberikan kebebasan bagi karyawan untuk melakukan hal-hal dengan cara mereka sendiri juga diperlukan.
- Give ownership
Pada saat tertentu, pekerja hanya berfokus pada tugas mereka daripada bekerja untuk tujuan perusahaan. Bahkan mereka hanya bekerja untuk memenuhi persyaratan minimum terkait peran yang diberikan. Hal ini tentu saja akan merugikan perusahaan. Karena itu perlu adanya langkah manajerial tertentu untuk mengantisipasi masalah ini. Sebuah artikel Forbes mengeksplorasi keuntungan dalam memanfaatkan sesuatu yang mereka sebut sebagai “psychological ownership”, yaitu sejauh mana seorang karyawan merasa seolah-olah organisasi mereka atau tugas mereka adalah bagian atau miliknya. Sehingga perusahaan menjadi bagian penting dari identitas diri karyawan. Untuk menumbuhkan mentalitas ini di seluruh tim, manajemen harus menjamin bahwa setiap karyawan memahami bagaimana perannya dalam organisasi
- Push employees out of the comfort zone
Meskipun beberapa manajer merasa bahwa stafnya telah melakukan dengan benar mengenai apa yang diwajibkan kepada mereka, namun faktanya adalah pada dasarnya kebanyakan karyawan bosan diminta untuk melakukan tugas tertentu secara berulang-ulang. Selain itu, permintaan ini juga membuatnya untuk mengotomatisasi pekerjaan yang mereka lakukan, dan menurunkan kemungkinan untuk berkontribusi dengan pekerjaan di luar ruang lingkupnya.
Hal utama untuk membuat orang keluar dari zona kenyamanan bergantung pada kepemimpinan. Ini harus dimulai & di contohkan manajer Sebagai pimpinan. Keluarlah dari zona nyaman dan jelaskan prosesnya kepada staf serta alasannya. Kemudian, bersiaplah untuk mengidentifikasi hambatan dan pahami apa yang memotivasi individu untuk memandu terobosan karyawan anda. Menurut David Peterson (Director, Executive Coaching & Leadership at Google), “Tetap berada dalam zona nyaman adalah cara yang baik untuk mempersiapkan hari ini, tetapi merupakan cara yang buruk untuk mempersiapkan besok”.
[1] Salvador Barros, 2017, How to Motivate Employees – The Complete Guide