KETERHUBUNGAN TEKHNOLOGI DIGITAL YANG MERINGANKAN BEBAN DOKTER
Pendahuluan
Penggunaan tekhnologi digital di industri pelayanan kesehatan, memang pada awalnya lebih berorientasi pada kemudahan layanan terutama bagi pasien. Orientasi ini diharapkan akan membuat pasien merasa lebih nyaman, sehingga mereka memilih untuk mendapatkan layanan di organisasi pelayanan kesehatan tersebut. Namun, ada satu hal yang belum diarahkan manajemen organisasi pelayanan dalam pemanfaatan tekhnologi. Hal itu adalah terkait dengan bagaimana tekhnologi tersebut dapat mendorong untuk meringankan beban pekerja profesional seperti dokter.
Tulisan ini akan mengangkat tantangan ke 3 dari 6 tantangan besar dalam Industri pelayanan kesehatan tahun 2021 mengacu pada laporan PwC (Siwicki, 2020[1]), yang telah disebutkan pada tulisan sebelumnya dengan judul ”Eksplorasi telemedicine & implikasinya terhadap perubahan lanskap telehealth 2021”. Tantang ketiga tersebut adalah bagaimana industri pelayanan kesehatan menghubungkan tekhnologi digital yang dapat meringankan pekerjaan dokter. Tulisan ini akan dibagi dalam 2 subtopik yaitu: Digital relationships that ease physician burdens & Implications of new digital relationships. Kedua subtopik yang disajikan berikut, merupakan ringkasan & tetap mengacu pada laporan PwC, dalam artikel Siwicki (2020).
Digital relationships that ease physician burdens
Menurut HRI(PwC’s Health Research Institute), hingga saat ini industri pelayanan kesehatan lebih fokus pada kemudahan dan kesederhanaan solusi teknologi untuk konsumen, tapi lebih sedikit untuk dokter. Prediksi tersebut mungkin berubah pada 2021. Hal ini ditunjukkan pada hasil survei HRI terhadap sejumlah piha terkait, dimana 94% eksekutif penyedia, 92% eksekutif ilmu hayat, dan 91% eksekutif rencana kesehatan, mengatakan bahwa meningkatkan pengalaman dokter adalah prioritas bagi organisasi mereka saat memasuki tahun 2021. Teknologi digital, jika dibuat dengan benar, bisa menjadi penangkal dari titik nyeri yang tak terhitung jumlahnya yang ditemui dokter setiap hari, yang mengarah ke dokter yang lebih efisien dan puas, pasien yang lebih bahagia, dan lebih banyak rujukan pasien.
Laporan HRI juga menyatakan bahwa jauh sebelum pandemi, banyak dokter sudah lelah dan kelelahan, membuang-buang waktu terlalu banyak untuk tugas-tugas administrasi dan menginginkan lebih banyak dari teknologi digital, khususnya sistem pencatatan kesehatan elektronik. Mereka masih bergumul dengan menu drop-down yang tak ada habisnya, peringatan dan persyaratan pelaporan peraturan yang menguras efisiensi dan kemampuan mereka untuk memberikan pengalaman yang baik bagi pasien. Survei yang dilakukan oleh Physicians Foundation taun 2018, yang ditanggapi 62% dokter menemukan bahwa masalah seperti otorisasi pihak ketiga, protokol pengobatan, dan desain EHR merugikan perawatan pasien. Melalui telehealth saat ini yang menjadi arus utama sebagai produk sampingan dari pandemi, mereka juga ditantang untuk menggabungkan dunia perawatan virtual dan perawatan langsung dengan cara yang lebih besar dari sebelumnya. Padahal, organisasi pelayanan kesehatan dapat mencapai efisiensi dengan hubungan digital yang lebih baik. Bahkan, pandemi mungkin telah mempercepat upaya pembayar untuk mengurangi beban administrasi dokter.
Peneliti HRI menyatakan bahwa sejak awal, CMS melonggarkan beberapa persyaratan administratif seperti; mengizinkan perintah lisan versus perintah tertulis EHR di RS dan persyaratan lisensi yang lebih longgar untuk menyediakan perawatan virtual di seluruh negara bagian, yang mengakibatkan bantuan dokter, setidaknya selama masa darurat kesehatan masyarakat. Beberapa perusahaan asuransi swasta turun tangan untuk membantu juga. Pada April lalu, Humana mengumumkan akan membuat proses klaim lebih mudah dan cepat sehingga provider bisa mendapatkan bayaran. Perusahaan menggunakan bot untuk membantu karyawan dalam menangani klaim. Pada 2021, HRI mengharapkan lebih banyak investasi oleh pembayar dalam otomatisasi proses seperti kontrak penyedia.
Implications of new digital relationships
Menurut HRI, sebagai hasil dari hubungan digital baru ini, organisasi pelayanan kesehatan perlu memprioritaskan kesehatan mental dokter. Menurut survei HRI, 36% petugas klinis pelayanan kesehatan melaporkan gejala kecemasan atau depresi akibat pandemi COVID-19, tetapi hanya 12% yang mengatakan majikan mereka telah menawarkan mereka manfaat kesehatan mental baru untuk mengatasi pandemi. Organisasi kesehatan harus memberi contoh bagi industri lain dengan menawarkan menu manfaat kesehatan mental, termasuk terapi digital, kepada karyawan mereka sebagai pekerja esensial yang bisa dibilang lebih stres selama pandemi daripada lainnya. Pada September, NYC Health + Hospitals telah menyelesaikan 9.000 wellness rounds (putaran/kelas kebugaran) di lima wilayah New York City, di mana para profesional kesehatan mental mencari tanda-tanda kecemasan, depresi, dan kelelahan di antara staf dan menghubungkannya dengan sumber daya, Waspadalah bahwa pengalaman mungkin tidak merata berdasarkan jenis kelamin, ras, atau etnis. Karena itu, strategi satu ukuran untuk semua dalam meningkatkan kepuasan dokter kemungkinan tidak akan berhasil.
Laporan HRI juga menatakan bahwa munculnya telehealth, mendorong kepatuhan pasien di dunia yang lebih virtual, dan meningkatnya kebutuhan untuk memberikan bukti nilai terapi kepada dokter. Karena itu, organisasi pelayanan kesehatan harus memetakan bagaimana mendukung interaksi virtual pasien-dokter; misalnya, bagaimana dokter bisa mendapatkan sampel obat gratis untuk pasien jika kunjungan mereka virtual. Staf lapangan harus ditingkatkan keterampilannya, dan alat serta konten yang mereka gunakan ditingkatkan agar efektif dalam interaksi virtual. Organisasi juga harus memastikan untuk mengintegrasikan solusi digital ke dalam model perawatan dan operasi bisnis. Misalnya, sistem kesehatan dapat merancang aplikasi digital yang memungkinkan pasien menambahkan obat ke daftar obat mereka. Organisasi pelayanan juga kesehatan harus berinvestasi dalam teknologi dan analitik berbasis cloud yang dapat menarik data pasien, termasuk sosial dan gaya hidup, dari beberapa perangkat dan sumber, sehingga memungkinkan dokter untuk mengaksesnya secara real time, dan menggunakan pembelajaran mesin untuk mendukung dokter dengan saran dan rekomendasi untuk perawatan pasien.
[1] Bill Siwicki, 2020, Here are the major issues facing healthcare in 2021, according to PwC