RASIO KEUANGAN DALAM MELAKUKAN ANALISIS KEKUATAN & KELEMAHAN ORGANISASI BISNIS (Part 2)
Berikut adalah lanjutan dari pembahasan artikel RASIO KEUANGAN DALAM MELAKUKAN ANALISIS KEKUATAN & KELEMAHAN ORGANISASI BISNIS (Part 1), terkait kategori rasio keuangan, mengacu pada pendapat Lan (2012)[1],
Activity Ratios (Lanjutan)
4. Asset turnover
Perputaran aset mengukur seberapa efisien suatu organisasi bisnis dalam menggunakan total asetnya untuk menghasilkan pendapatan. Rasio ini dihitung dengan membagi pendapatan bersih dengan rata-rata total aset. Sebagi contoh, apabila rasio perputaran aset sebesar 0,72x, maka hal ini menunjukkan bahwa organisasi menghasilkan $ 0,72 dari pendapatan untuk setiap $ 1 aset yang dimilikinya.
Rasio perputaran aset yang rendah dapat diasumsikan bahwa organisasi tidak efisien dalam penggunaan asetnya atau beroperasi di lingkungan padat modal. Selain itu juga dapat menunjukkan pilihan strategis manajemen dalam menggunakan pendekatan yang lebih padat modal.
Liquidity Ratios
Rasio likuiditas sangat penting bagi kreditor. Rasio ini mengukur kemampuan suatu organisasi bisnis dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingkat likuiditas dari satu industri ke industri lainnya bervariasi. Industri tertentu lebih membutuhkan uang daripada yang lain. Sebagai contoh, toko kelontong akan membutuhkan lebih banyak uang tunai untuk membeli persediaan secara terus-menerus daripada perusahaan perangkat lunak, sehingga rasio likuiditas kedua organisasi ini tidak dapat dibandingkan satu sama lain.
1. Current ratio
Current ratio digunakan untuk mengukur aset lancar organisasi terhadap hutang lancar. Rasio ini menunjukkan apakah organisasi dapat melunasi kewajiban jangka pendeknya dalam keadaan darurat dengan melikuidasi aset lancar. Aset lancar dapat ditemukan di bagian neraca, item yang termasuk di dalamnya seperti kas dan setara kas, piutang, persediaan, dll.
Current ratio yang rendah menunjukkan bahwa organisasi mungkin mengalami kesulitan membayar kewajiban saat ini dalam jangka pendek. Rasio di bawah 1,00x, berarti bahwa apabila organisasi melikuidasi semua aset lancar, masih belum dapat menutupi kewajiban lancar. Rasio yang tinggi menunjukkan tingkat hutang yang tinggi dan lebih sedikit kemungkinan kesulitan uang tunai. Rasio lancar yang terlalu tinggi, dapat diartikan bahwa organisasi memiliki terlalu banyak inventaris, piutang dagang yang banyak karena standar pengumpulan pembayaran yang longgar atau hanya memegang terlalu banyak uang tunai. Meskipun masalah ini tidak akan menyebabkan kebangkrutan, namun pasti akan menekan laba.
2. Quick ratio (QR)
Quick ratio adalah rasio likuiditas yang lebih ketat dari current ratio. Rasio ini membandingkan kas, sekuritas jangka pendek, dan piutang dengan hutang lancar. QR sebesar 0,45x menunjukkan bahwa organisasi hanya dapat menutupi 45% dari kewajiban lancar dengan menggunakan semua kas, likuidasi sekuritas jangka pendek yang dapat dipasarkan, dan menghasilkan uang dari piutang usaha.
Item yang dikecualikan dalam quick ratio adalah persediaan, karena persediaan termasuk dalam aset lancar, namun tidak mudah dikonversi menjadi uang tunai. Jumlah persediaan yang tinggi di semua organisasi dalam industri dapat membuat penjualan menjadi sulit. Selain itu, apabila stok persediaan hampir usang, maka mungkin akan bernilai kurang signifikan bagi pembeli potensial.
3. Cash ratio
Rasio likuiditas yang paling konservatif adalah cash ratio, yang dihitung hanya dengan membagi kas dan surat berharga jangka pendek dengan kewajiban lancar. Kas dan surat berharga jangka pendek mewakili aset paling likuid dari suatu perusahaan. Surat berharga jangka pendek termasuk aset jangka pendek yang sangat likuid seperti saham yang diperdagangkan secara publik atau obligasi. Selama kondisi pasar normal, sekuritas ini dapat dengan mudah dilikuidasi di bursa.
Meskipun rasio ini umumnya dianggap paling konservatif dan sangat andal, ada kemungkinan bahwa sekuritas jangka pendek pun dapat mengalami penurunan harga yang signifikan selama krisis pasar.
Solvency Ratios
Rasio solvabilitas mengukur kemampuan suatu organisasi bisnis dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Analisis rasio solvabilitas memberikan pengetahuan mengenai struktur modal serta tingkat leverage keuangan yang digunakan. Beberapa rasio solvabilitas memungkinkan investor untuk melihat apakah suatu organisasi memiliki arus kas yang memadai untuk secara konsisten membayar pembayaran bunga dan biaya tetap lainnya. Apabila organisasi tidak memiliki arus kas yang cukup, maka kemungkinan besar akan terbebani dengan hutang .
1. Debt-to-assets ratio
Rasio utang terhadap aset adalah rasio yang mengukur persentase total aset organisasi yang dibiayai oleh utang. Rasio ini dihitung dengan membagi total kewajiban dengan total aset. Angka yang tinggi berarti organisasi menggunakan jumlah leverage keuangan yang lebih besar, yang meningkatkan risiko keuangannya dalam bentuk pembayaran bunga tetap.
2. Debt-to-capital ratio
Rasio utang terhadap modal mengukur jumlah total modal organisasi bisnis (kewajiban ditambah ekuitas) dari utang (interesting bearing notes and short- and long-term debt). Rasio tinggi berarti leverage dan risiko keuangan yang tinggi. Meskipun leverage keuangan menimbulkan risiko keuangan tambahan dengan meningkatkan pembayaran bunga tetap, namun manfaat utama menggunakan utang adalah bahwa hal itu tidak mengurangi kepemilikan. Secara teori, laba dibagi di antara pemilik yang lebih sedikit, sehingga menghasilkan laba per saham yang lebih tinggi. Namun, peningkatan risiko keuangan dari leverage yang lebih tinggi dapat menahan organisasi untuk memperoleh kesepakatan perjanjian utang. Perjanjian ini dapat membatasi peluang pertumbuhan organisasi dan kemampuannya untuk membayar atau meningkatkan dividen.
Lanjut pada penjelasan rasio keuangan lainnya.
[1] Joe Lan, 2012, 16 Financial Ratios for Analyzing a Company’s Strengths and Weaknesses