PENGGUNAAN ROI DALAM INVESTASI DI RS

Pendahuluan
ROI menunjukan kemampuan RS dalam menghasilkan laba dari kekayaan (aktiva) yang dipergunakaan. Rasio ini menunjukkan efesien manajemen RS dalam memanfaatkan aktivanya. Namun tidak semua investasi RS dapat dinilai dengan menggunakan ROI. Terutama untuk investasi yang ”agak merugikan” karena adanya kebijakan pemerintah.
Pendapat Asch dkk (2016) tentang ROI[1]
Asch dkk (2016), mengkritik penggunaan ROI untuk mengevaluasi beberapa investasi di RS. Menurut mereka, banyak konferensi tentang bagaimana memberikan pelayanan kesehatan dengan kebutuhan medis dan sosial yang tinggi, misalkan pada orang dengan penyakit kronis yang sering diterima kembali ke RS. Setiap konferensi mengacu pada "pengembalian investasi" (ROI), yang selalu disajikan sebagai kendala RS.
Masih menurut Asch dkk, dalam konferensi tentang memberikan perawatan untuk pasien kanker atau penyakit akut lainnya, kami hampir tidak pernah mendengar istilah ROI. Namun membicarakan mengenai keuntungan klinis, serta menggunakan istilah “bertahan hidup”, di mana istilah tersebut mudah dimengerti dan berfokus pada pasien. Meskipun harga obat yang tinggi, tetapi terkadang tidak dibahas, tidak ada yang pernah mengatakan ROI itu penghalang. Bahkan tidak ada yang membahas ROI sama sekali. Tidak ada alasan yang jelas mengapa ROI lebih relevan hanya untuk beberapa situasi klinis. Saat topiknya penyakit kronis, kita sangat fokus pada ROI, tetapi saat topiknya kanker tidak. Sejumlah besar perawatan kanker memberikan keuntungan pribadi dan sosial yang begitu kecil, sehingga jika keuntungan tersebut di nilai dengan uang, ROI usaha akan sangat negatif. Yang kami tanyakan adalah, "Apa ROI dari program itu yang membuat pasien dengan sakit kronis dapat keluar dari RS?" Tetapi bukan "Apa ROI berpengaruh dalam pengobatan kanker paru-paru?"
Menurut Asch dkk, memberikan perawatan kanker dan mencegah rawat inap memiliki biaya yang berbeda. Sulit untuk membuat ROI dapat mengurangi volume dalam sistem yang didominasi oleh pembayaran biaya layanan. Terkadang ROI yang menguntungkan dicapai secara pasif, misalnya saat terdapat perawatan dengan pasien yang perawatannya lebih menguntungkan. Atau lebih aktif melakukan penghindaran terhadap perawatan yang tidak mendapat penggantian, atau mengalihkan biaya kepada penyedia sendiri (mis., Melalui pembayaran yang dikapitalisasi atau penggantian biaya). Kita dapat membuat ROI lebih menguntungkan apabila fokus pada penghindaran perawatan yang tidak tepat. Jika ROI tidak bekerja untuk beberapa bentuk perawatan kanker, hal ini dikarenakan pembayaran yang diterima lebih rendah dari biaya yang dikeluarkan, dan dokter serta RS hampir selalu akan berpendapat ini menimbulkan pembayaran yang lebih tinggi. Tetapi ketika ROI tidak bekerja pada perawatan pasien dengan penyakit kronis, dokter atau RS tidak mungkin mengharapkan pinalti pada penerimaan kembali pasien.
ROI digunakan untuk mengevaluasi investasi yang ”layak” secara bisnis
Asch dkk membahas upaya untuk merawat pasien kanker di mana standar ROI tidak dipertimbangkan, karena keuntungan "uang" untuk pasien kanker akan "sangat negatif”. Para profesional dan institusi pelayanan kesehatan seperti RS, hanya dibayar untuk memberikan perawatan yang tepat. Di sisi lain, upaya untuk memberikan perawatan yang tepat dipersulit oleh keharusan untuk mempertimbangkan potensi ROI negatif karena pertimbangan keuangan dan pinalti yang tidak ada hubungannya dengan perawatan medis yang sebenarnya diberikan.
Apabila dikaitkan dengan jenis investasi dipandang dari tujuannya, isu yang dikemukakan Asch dkk memamng benar. Karena sejatinya ROI hanya digunakan untuk investasi yang secara bisnis feasible (layak). Perlu diingat bahwa, penilaian atas suatu investasi selain ditinjau secara ekonomi/keuangan, biasanya juga dilihat dari sisi sosial. Kedua sisi penilaian atas investasi ini tidak bertolak belakang, melainkan saling mendukung satu sama lain. Agar mendapat gambaran secara lebih mendalam, berikut ini adalah jenis-jenis investasi dipandang dari tujuannya yang digolongkan kedalam 4 bagian.
- Investasi yang tidak menghasilkan laba (non-profit investment)
Investasi jenis ini timbul akibat adanya peraturan pemerintah atau syarat-syarat lainnya yang mewajibkan organisasi untuk melaksanakannya tanpa mempertimbangkan manfaatnya dalam bentuk nilai rupiah.
- Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable profit investment)
Investasi ini dimaksudkan untuk menaikkan laba, namun laba yang diharapkan akan diperoleh sulit untuk dihitung secara teliti. Sebagai contoh adalah pengeluaran biaya program pelatihan dan pendidikan karyawan. Sulit untuk mengukur tambahan laba yang diperoleh akibat adanya program pelatihan dan pendidikan karyawan.
- Investasi dalam penggantian mesin dan ekuipmen (Replacement Investment)
Investasi jenis ini meliputi pengeluaran untuk penggantian mesin dan ekuipmen peralatan yang ada.
- Investasi dalam perluasan usaha (Expansion Investment)
Investasi jenis ini merupakan perluasan untuk menambah kapasitas produksi atau operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya.
Pendapat Asch dkk terkait ROI, sebenarnya masuk dalam poin 1, dari jenis-jenis investasi dipandang dari tujuannya. Karena dalam kasus yang dikemukakan Asch dkk, investasi yang dilakukan tidak menguntungkan secara bisnis maka memang tidak mungkin untuk menggunakan ROI dalam menganalisisnya. Karena, ROI hanya digunakan untuk investasi yang secara bisnis ”layak”.
[1] David A. Asch, M.D., Mark V. Pauly, Ph.D., and Ralph W. Muller, M.A., 2016, Return on investment in health care; Asymmetric Thinking about Return on Investment