TANTANGAN MANAJEMEN RS: MEMINIMALKAN BIAYA & MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN AGAR TETAP SURVIVE & BERKEMBANG
Pendahuluan
Salahsatu tantangan yang dihadapi manajemen RS saat ini adalah bagaimana menurunkan biaya sambil meningkatkan kualitas dan menggabungkan keduanya untuk memastikan kegiatan operasiosinal terus berkembang. Hal ini merupakan konsekwensi dari perubahan paradigma yang signifikan bagi manajemen RS. Perubahan model pembayaran dengan adanya JKN melalui BPJS, menggantian model tradisional fee for service. Melalui perubahan ini pembayaran yang bergantung pada kualitas dan bergeser pada menurunkan biaya terkait dengan memperoleh kualitas yang lebih tinggi.
Terkait perubahan model pembayaran melalui medicare/medicaid di AS (BPJS di Indonesia), dalam tulisannya Brown (2013)[1] mengemukakan beberapa hal antara lain; 1) Financial Metrics for Value-based Purchasing, & 2) Data as the Solution
Financial Metrics for Value-based Purchasing
Penggantian berbasis nilai adalah metrik kunci dan melampaui volume yang perlu dilacak oleh eksekutif keuangan untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang biaya organisasi pelayanan kesehatan untuk membuat keputusan yang baik, termasuk beberapa hal berikut:
- Throughtput
Beberapa pertanyaan terkait hal ini adalah; Berapa waktu tunggu rata-rata di gawat darurat? Berapa waktu antar kasus dalam bedah? Berapa waktu penyelesaian untuk laboratorium? Peningkatan pengendalian akan menguntungkan RS dengan mengurangi biaya dan meningkatkan kepuasan pasien.
- Quality
Dengan penggantian berbasis nilai, RS diharuskan menilai dan melaporkan ukuran kualitas relatif terhadap tolok ukur yang ditetapkan. Apakah pasien menerima obat dalam periode waktu yang sesuai? Apakah mereka diberi instruksi pemulangan? Apakah manajer perawatan menjadwalkan kunjungan tindak lanjut? Berapa banyak kegagalan yang terjadi di RS? Berapa banyak infeksi yang terjadi di RS? Di AS, RS yang tidak melaporkan metrik kualitas dapat dikenakan penalti. Untuk penggantian berbasis nilai CMS (Centers for Medicare & Medicaid Services), fase penalti/insentif dimulai pada 2013. Kinerja RS dinilai berdasarkan pencapaian relatif terhadap tolok ukur nasional dan peningkatan relatif terhadap skor.
- Readmission
Sejak 2013, Medicare di AS mulai menerapkan pinalti atas kasus readmission selama 30 hari. Pinalti akan meningkat di tahun-tahun mendatang.
- Mortality rates.
Berapa tingkat kematian RS untuk pneumonia, gagal jantung dan infark miokard akut (AMI) di antara semua populasi? Sejak 2014, Medicare di AS mulai memasukkan ukuran ini dalam formula penggantian berbasis nilai. Tingkat kematian yang tinggi pada pneumonia, kegagalan kesehatan dan AMI akan mengakibatkan hilangnya insentif.
- Patient satisfaction.
Kepuasan pasien lebih dari sekadar kepedulian dan tujuan, kini terkait langsung dengan model pembayaran. Seberapa puas pasien dengan pengalaman perawatan mereka? Apakah kamar perawatnnya memuaskan? Apakah keluarga itu nyaman? Apakah mereka akan merekomendasikan RS? Kepedulian terhadap kepuasan pasien adalah metrik utama dalam sistem pembayaran berbasis nilai Medicare di AS. Pada 2013, skor kepuasan pasien tertimbang 30%.
- Cost per episode of care.
Biaya rangkaian layanan perpasien, menjadi penting dengan BPJS. Karena tariff INA CBG’s BPJS menatapkan paket tarif tunggal tertentu. Artinya, pengendalian biaya yang kurang di RS akan menyebabkan kerugian.
Data as the Solution
Implmentasi JKN melalui BPJS, setidaknya mempengaruhi eksekutif keuangan RS terkait menganilsis semua hal dan diterjemahkan ke dalam istilah keuangan. Untuk melakukan hal tersebut, sangat penting untuk dimulai pengumpulan data. Namun, menggunakan data tidak semudah kedengarannya. Setidaknya ada 2 hambatan signifikan untuk memanfaatkan data secara efektif dalam mendorong pengambilan keputusan, yaitu;.
- Financial and Clinical Data
Secara tradisional, data keuangan dan data klinis disimpan dalam sistem yang terpisah. Data keuangan harus tersedia untuk mendukung fungsi spesifik seperti penagihan. Sedangkan data klinis disimpan dalam sistem yang akan memungkinkan tim untuk fokus secara khusus pada perawatan. Data keuangan seringkali terpisah dari data klinis sehingga menjadi sulit untuk memahami hubungan antara keduanya.
- Outdated Reporting Processes
Proses pengumpulan dan pelaporan di lingkungan organisasi layanan kesehatan (seperti RS) mungkin sudah ketinggalan zaman dan tidak cukup untuk lingkungan yang kompleks.
[1] Bobbi Brown, MBA, 2013, Surviving Value-Based Purchasing in Healthcare: Connecting Your Clinical and Financial Data for the Best ROI