APLIKASI TERBAIK DALAM STUDI KELAYAKAN KEUANGAN DI RS

Pendahuluan
Pengembangan RS mutlak dilakukan untuk menambah kapasitas dan memiliki daya saing. Namun, dalam pembangunan fasilitasbaik ekspansi atau renovasi, RS harus ingat terkait dasar-dasar pengembangan proyek. Sebelum rencana pembangunan (berupa desain arsitektur) dibuat, manajemen perlu menilai peluang pasar, mengembangkan business plan yang bijaksana dan memantau pelaksanaannya. Hal itu sangat terkait dengan melakukan studi kelayakan keuangan.
Forecast, compiled or examined? (Pollard, 2014)[1]
Tujuan mendasar dari studi kelayakan keuangan adalah untuk menentukan apakah suatu proyek layak bagi suatu organisasi atau bisnis. Hasilnya akan tergantung pada tingkat hasil analisis yang sesuai untuk proyek tersebut. Menurut Pollard (2014), tiga jenis studi kelayakan keuangan, dari kompleksitas terendah hingga tertinggi, adalah proyeksi, kompilasi, dan pengujian. Proyeksi keuangan dapat mencakup analisis arus kas, dan hal ini dapat diselesaikan oleh konsultan. Tingkat yang lebih tinggi, berupa laporan yang disusun atau diperiksa, akan mencakup ulasan yang lebih rinci mengenai operasi dan demografi pasar. Perlu diingat bahwa semakin tinggi tingkat analisis, semakin mahal studi tersebut.
Selain itu, jenis studi kelayakan keuangan dapat ditentukan oleh struktur pembiayaan utang yang diinginkan. Misalnya, HUD's hospital umumnya mengandalkan analisis program asuransi hipotek yang diperiksa. Selain itu, suku bunga obligasi bebas pajak dapat diturunkan jika penilaian yang disusun atau diperiksa disertakan dalam dokumen penawaran obligasi. Untuk peminjam dan penanam modal, studi kelayakan dengan tingkat yang lebih tinggi dapat mengefektifkan biaya.
Terlepas dari tingkat analisis, studi kelayakan keuangan harus bertindak sebagai business plan yang dapat memberikan kejelasan dan tujuan. Dengan menggabungkan beberapa hal dalam proyek yang memungkinkan langkah-langkah pembiayaan dan pekerjaan arsitektur, dengan investasi yang lebih sedikit terbuang dalam proyek-proyek yang tidak layak.
The pitfall of delay
Menurut Pollard (2014), masalah yang paling umum dalam studi kelayakan keuangan adalah tidak melibatkan penasihat keuangan atau pemberi pinjaman pada tahap awal perencanaan. Seringkali suatu proyek telah melalui tahap perencanaan, desain, atau persetujuan proyek yang tidak memiliki analisis atau tingkat analisis yang sesuai dan diselesaikan pada kelayakan keuangan proyek. Akibatnya, pemangku kepentingan seperti pasien, keluarga, anggota dewan, karyawan dan bahkan masyarakat tidak terpenuhi harapannya. Padahal, studi kelayakan keuangan dapat membantu dalam menghindari kegagalan akibat meremehkan jumlah modal yang diperlukan atau memproyeksikan jadwal yang tidak realistis. Kesalahan ini yang dapat menyebabkan hilangnya dukungan yang selama ini telah diperoleh.
Bahkan apabila dukungan untuk suatu proyek sangat kuat, keterlambatan dalam studi kelayakan keuangan seringkali mengarah pada pengerjaan ulang desain, keterlambatan dalam masalah konstruksi dan organisasi. Meskipun lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, namun semua keterlambatan yang terkait tersebut pasti menambah biaya proyek dan menyebabkan peluang pasar yang terlewatkan.
Lanjut pada artikel berikutnya
[1] Lancaster Pollard, 2014, Financial Feasibility Studies: 5 Best Practices for Hospitals