PERGESERAN TRIPLE AIM KE QUADRUPLE AIM DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Pendahuluan
Pelayanan kesehatan telah mengalami perubahan dalam cara memberikan perawatan. Perubahan ini dipicu oleh berbagai hal, mulai dari adanya perubahan regulasi, akses pasien ke informasi dan kemajuan teknologi. Hal ini menyebabkan organisasi pelayanan kesehatan terfokus pada peningkatan pengalaman pasien. Dalam masa tersebut, fokus di tempatkan pada sebuah pendekatan untuk mengoptimalkan kinerja organisasi pelayanan kesehatan, yaitu Triple Aim.
Triple Aim
Triple Aim merupakan sebuah kerangka kerja yang dibuat untuk mengoptimalkan dan meningkatkan sistem pelayanan kesehatan Amerika Serikat. Menurut Itchhaporia (2018)[1], pada tahun 2008 Donald M. Berwick, MD, MPP, FRCP, dan rekannya menggunakan triple aim sebagai kerangka kerja untuk pengiriman perawatan bernilai tinggi. Pendekatan ini berpusat pada tiga tujuan menyeluruh, yaitu:
-
- Meningkatkan pengalaman perawatan pasien (termasuk kualitas dan kepuasan)
- Meningkatkan kesehatan populasi
- Mengurangi biaya perawatan kesehatan per kapita
Saat sistem kesehatan menemui tantangan untuk meningkatkan kesehatan populasi dan secara bersamaan menurunkan biaya perawatan kesehatan, Triple Aim diadopsi sebagai seperangkat prinsip untuk mereformasi sistem kesehatan. Meskipun masing-masing komponen diperlukan untuk berhasil di era baru perawatan kesehatan, komponen utama tidak termasuk penyedia layanan. Padahal, tulang punggung dari setiap sistem perawatan kesehatan yang efektif adalah tenaga kerja yang terlibat dan produktif.
The Quadruple Aim (Itchhaporia, 2018)
Walaupun organisasi telah membuat kemajuan dalam mencapai Triple Aim, namun akan gagal apabila dokter dan tenaga layanan mengalami kelelahan/kejenuhan. Kelelahan atau kejenuhan di antara tenaga layanan kesehatan dapat mengancam keberhasilan Triple Aim dengan menurunkan kepuasan pasien dan meningkatkan kemungkinan kesalahan. Kelelahan di antara perawat dan anggota tim lainnya dapat berkontribusi pada penggunaan sumber daya yang berlebihan dan peningkatan biaya perawatan. Sedangkan, menurut survei RAND Corporation 2013, pendorong utama kepuasan dokter adalah kemampuan untuk memberikan perawatan yang berkualitas.
Berikut adalah beberapa hal terkait kelelahan tenaga layanan kesehatan;
- Survei nasional yang dilakukan oleh Physician Wellness Services dan Cejka Search, 87% dokter menyebutkan bahwa penyebab utama stres dan kelelahan terkait pekerjaan penyiapan dokumen dan administrasi. Sedangkan, dalam sebuah survei yang dilakukan dalam Annals of Family Medicine, 43% dokter melaporkan bahwa mereka menghabiskan lebih dari 30% harinya untuk tugas administrasi.
- Dokter menghabiskan lebih banyak waktu untuk kegiatan non-tatap muka (manajemen laboratorium dan dokumen, pesan dan isi ulang obat) dibandingkan dengan pasien. Survei RAND Corporation 2013 terhadap 30 praktik dokter menemukan bahwa teknologi catatan kesehatan elektronik (EHR/ electronic health record) telah memperburuk kepuasan profesional melalui entri data yang memakan waktu, sehingga mengganggu perawatan pasien.
- Tantangan EHR terus membuat dokter terjaga di malam hari, pemeliharaan sertifikasi, tantangan penggantian biaya, otorisasi sebelumnya dan pelaporan kualitas. Kelelahan/kejenuhan tidak hanya mempengaruhi dokter tetapi juga tenaga kesehatan lainnya. Studi menunjukkan bahwa 34% perawat RS dan 37% perawat panti jompo mengalaminya.
- Pada praktik frontline, resepsionis juga memiliki pekerjaan yang penuh tekanan. 68% melaporkan pelecehan verbal dari pasien. Kebanyakan resepsionis merasa bahwa dokter tidak menghargai kompleksitas pekerjaanya. Mereka melaporkan bahwa sumber-sumber stres mereka termasuk menemukan janji temu untuk pasien serta merasa terjebak antara tuntutan dokter dan pasien.
- Sebuah survei 2013 terhadap 508 karyawan yang bekerja untuk 243 pemberi layanan kesehatan menemukan bahwa 60% melaporkan kelelahan kerja dan 34% berencana untuk mencari pekerjaan yang berbeda. Alasannya termasuk beban pasien yang berat, dan tingkat stres yang tinggi.
Karena Triple Aim tidak secara eksplisit mengakui peran penting dari tenaga kerja dalam transformasi perawatan kesehatan, Quadruple Aim muncul dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupan kerja penyedia layanan kesehatan, termasuk dokter dan staf. ACC sedang menjalani perencanaan strategis untuk tahun 2019 - 2024, dan salah satu dari empat kompenen Quadruple Aim membahas kesejahteraan anggota. Perencanaan ini berupa bagaimana untuk mencapai Quadruple Aim, dan sebuah tugas untuk menangani bagaimana sistem perawatan kesehatan dapat menciptakan kondisi bagi tenaga kerja untuk menemukan kesenangan dan makna dalam pekerjaan mereka, serta meningkatkan pengalaman dalam memberikan perawatan.
Kerangka kerja perawatan kesehatan baru, yaitu Quadruple Aim, berupaya mengubah sistem perawatan kesehatan A.S, untuk meningkatkan hasil kesehatan, meningkatkan pengalaman pasien dan menurunkan biaya perawatan kesehatan per kapita.
[1] Dipti Itchhaporia, MD, FACC (2018), The Quadruple Aim