EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DATA KEUANGAN & KLINIK (SECARA BERSAMAAN) DALAM MEMICU PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN DI RS

Pendahuluan
Manajemen RS di tuntut untuk melakukan perubahan dengan berubahnya model pembayaran. Pergerakan industri ini harus dirangkul oleh manajemen melalui pergeseran paradigma dari volume ke pelayanan berkualitas sebagai sumber daya utama untuk memastikan kesehatan keuangan organisasi. Melalui kolaborasi efektif antara SDM keuangan dan klinis, maka diharapkan akan tercipta jalur yang jelas untuk keberhasilan eksekutif keuangan di bawah paradigma berbasis nilai yang baru.
Dukungan data yang efektif sangat diperlukan dalam mengatasi tantangan mengelola biaya dan kualitas layanan. Dengan memegang data, manajemen organisasi pelayanan kesehatan kemudian harus menentukan cara menggunakan data itu untuk memenuhi sasaran biaya dan kualitas. Namun, sebagian besar organisasi pelayanan kesehatan menggunakan pendekatan top-down untuk mendorong perubahan yang bergantung pada dashboard eksekutif. Hal ini dikawatirkan kurang mendapatkan dukungan dari banyak pihak.
Menurut Brown (2013)[1], dibandingkan dengan pendekatan top-down, pendekatan bottom-up yang lebih efektif didukung. Dukungan biasanya datang dari tim multidisiplin, yang beroperasi di bagian frontline perawatan klinis serta menggunakan data klinis dan keuangan untuk mendorong peningkatan. Brown kemudian memberikan beberapa alasan mengapa pendekatan bottom-up lebih didukung, yaitu; 1) Problems with the Top-down Approach to Data-driven Change, 2) Building a team from the bottom up to drive change, & 3) Turning the Tables: Getting Clinicians to Understand Finance.
Problems with the Top-down Approach to Data-driven Change
Pendekatan top-down yang umumnya digunakan dalam sistem kesehatan terdiri dari penggunaan dashboard eksekutif untuk memeringkat fasilitas, departemen, dan individu berdasarkan kinerjanya relatif terhadap tolok ukur yang ditentukan. Pendekatan ini beroperasi dengan asumsi bahwa tekanan dari atas akan mendorong perubahan. Namun, strategi ini memiliki beberapa kelemahan utama, yaitu:
-
- Data dan informasi dari dasbor eksekutif mungkin tidak menunjukkan data yang sama dengan dasbor alur kerja klinis. Metrik dashboard top-down yang tidak dibagikan, akan mengkhawatirkan dan mengalihkan perhatian dokter daripada meningkatkan perawatan.
- Ringkasan dasbor kemungkinan tidak lengkap dan seringkali menghilangkan langkah-langkah kunci yang diperlukan untuk meningkatkan proses klinis.
- Prioritas eksekutif sebagaimana ditentukan pada dasbor mungkin tidak cocok dengan kebutuhan klinis frontline. Metrik dan mandat yang datang dari atas tidak selalu memperhitungkan realitas proses perawatan.
Pendekatan semacam ini menggunakan dasbor yang terkadang disebut sebagai alat “rank and spank”, dan dapat memicu reaksi negatif daripada mendorong analisis penyebab utama dan perubahan berkelanjutan. Metode yang lebih baik melibatkan dokter dalam proses tim proaktif untuk perbaikan. Dasbor dengan tujuan tingkat tinggi harus dibagikan dengan tim klinis dan di seluruh organisasi karena penyelarasan tujuan di semua tingkatan dapat meningkatkan kemungkinan tujuan akan tercapai. Kriteria utama untuk dasbor adalah transparansi.
[1] Bobbi Brown, MBA, 2013, Surviving Value-Based Purchasing in Healthcare: Connecting Your Clinical and Financial Data for the Best ROI