BOS & MEDICAL MALL: IMPLEMENTASI LAYANAN BERNILAI MELALUI INOVASI DALAM KONSEP STRATEGI

Pendahuluan
Blue Ocean strategy (BOS) menekankan pentingnya organisasi bisnis dalam menciptakan produk yang berbeda dari pesaingnya. Hal ini penting dilakukan agar tidak masuk dalam area red ocean. Dalam konsep BOS, red oceans adalah tipikal pasar di mana pesaing berebut untuk menawarkan komoditas dengan sedikit atau tanpa perbedaan nyata. Organisasi bisnis yang menawarkan nilai melalui inovasi akan berada dalam area blue Oceans, dimana akan tercipta pasar yang relatif terbuka dengan persaingan terbatas.
Saat ini, organisasi pelayanan kesehatan sedang beralih dari perawatan basis volume ke basis nilai. Namun sayangnya, layanan kesehatan penuh dengan red oceans, dimana sering menawarkan produk/layanan yang hampir serupa dengan pesaingnya. Berdasarkan kenyataan ini, maka penerapan BOS di organisasi pelayanan kesehatan perlu dipertimbangkan Sebagai salahsatu solusi dalam membantu untuk mendesain ulang industri pelayanan kesehatan. Dalam suatu tulisan terkait BOS dan medical mall di situs healthcarepittstop.com, membahas beberapa hal berikut, yaitu; 1) The Blue Ocean Strategy and Medical Malls, 2) Maximizing “VSD”: the Virtual Patient and Telemedicine, & 3) Telemedicine and Collaboration: Part of the Fabric of a Building. Ketiga hal ini akan dibahas berikut.
The Blue Ocean Strategy and Medical Malls
Layanan medis biasanya mengelompokkan kantor dokter dalam multi-tenant medical malls. Mirip dengan mal ritel yang menawarkan banyak toko, medical malls mengelompokkan dokter dengan spesialisasi berbeda di bawah satu atap. Pengaturan semacam itu menawarkan sumber daya bersama (area umum) untuk praktisi dan kenyamanan bagi konsumen. Meskipun ukuran kantor medis agak berbeda berdasarkan spesialisasi, ukuran luas yang dibutuhkan biasanya berdasarkan pada ruang yang dibutuhkan untuk ruang tunggu, ruang klinik dan area umum. Dokter atau RS, menyewakan ruang dari pemilik properti berdasarkan metrik ukuran dan lokasi tradisional. Intinya, ruang kantor medis adalah komoditas red oceans.
Menerapkan strategi Blue Ocean ke pasar Medical Mall akan mengubah cara-cara tradisional dan menambah nilai dengan mempertimbangkan persyaratan fungsional dan efisiensi. Idealnya bentuk dan fungsi kantor medis selaras dengan kebutuhan mereka yang menggunakan ruang, yaitu dokter dan pasien. Metrik utama dalam skenario ini bukan ukuran tetapi jumlah kunjungan per patient visits/square foot/day (VSD). Memaksimalkan kunjungan berarti mengoptimalkan ruang. Ruang yang dioptimalkan harus memungkinkan dokter untuk melihat lebih banyak pasien dalam rekaman yang sama, atau jumlah pasien yang sama dalam ruang yang lebih kecil, sehingga menghemat uang (dalam hal sewa) dan meningkatkan efisiensi. Hal ini bagus untuk dokter, serta bagi pemilik, dan dapat menjadi pembeda pasar yang jelas. Dengan kata lain, manajer bangunan saat ini akan beroperasi di "Blue oceans" daripada yang red oceans.
Maximizing “VSD”: the Virtual Patient and Telemedicine
Meskipun ada banyak cara untuk meningkatkan VSD, namun penting juga untuk fokus pada peluang virtualisasi pasien. Saat catatan medis elektronik (EHR) menggantikan catatan kertas untuk sebagian besar dokter, persyaratan ruang sebenarnya menurun. Ini dikarenakan kapasitas penyimpanan yang jauh lebih kecil dari tumpukan kertas. Dengan cara yang sama, cara termudah untuk mengurangi ruang adalah dengan mengurangi pasien. Karena itu, perlu dipikirkan untuk melakukan layanan ampuran antara kunjungan langsung dan virtual.
Saat ini telemedicine sudah diintegrasikan ke dalam praktik yang lebih tradisional. Misalnya, pertanyaan dari pasien yang menginginkan saran standar atau hasil tes, yang diyakinkan bukan memiliki masalah kesehatan buruk, dapat ditangani melalui web dengan frekuensi dan efisiensi yang semakin meningkat. Model baru tersebut sedang diterapkan pada praktik lainnya, untuk mengantisipasi antrian pasien yang menumpuk. Akan lebih baik bila pasien dapat dievaluasi dan diverifiksi melalui prosedur sebelum datang ke ruang dokter. Begitu juga dengan kunjungan tindak lanjut pasien setelah operasi. Dalam proses ini, dokter mendapat manfaat, bukan hanya karena mereka dibayar untuk pasien "digital" ini tetapi juga karena dalam banyak kasus, kunjungan langsung itu sebenarnya adalah membuang uang. Pasien juga mendapat manfaat, karena kunjungan tindak lanjut hanya memerlukan beberapa menit waktu dokter. Sehingga dapat menghemat waktu setengah hari untuk perjalanan dan waktu tunggu.
Telemedicine and Collaboration: Part of the Fabric of a Building
"Virtualisasi" pasien melalui telemedicine dan kolaborasi yang difasilitasi adalah gelombang masa depan dalam pelayanan kesehatan, tetapi membahas inovasi dengan dokter individu atau praktik kecil merupakan tantangan. Setiap praktik membutuhkan pendidikan yang signifikan, pemasaran dan biaya untuk memasang teknologi yang diperlukan akan menjadi hal besar. Namun penggunaan telemedicine/kolaborasi menjadi bagian dari struktur bangunan, dan ini adalah fitur nilai tambah bagi penyewa. Seperti utilitas lainnya, kolaborasi yang difasilitasi, yang menghasilkan optimalisasi alur kerja, dapat menjadi bagian dari biaya sewa. Pemilik gedung kemudian dapat menawarkan produk yang lebih baik, dengan margin yang lebih tinggi, kepada komunitas medis.
Berdasarkan pengalaman selama dua tahun menjadi penasihat pengembang medis tentang desain ulang ruang, disarankan bagi semua pengembang, REIT dan investor kecil/pemilik ruang kantor medis lainnya untuk mengambil kesempatan ini dalam memikirkan kembali portofolionya. Dengan menerapkan sistem VSD, akan dapat mulai menyelaraskan ruang dengan nilai transparan dalam pemberian layanan kesehatan. Layanan bernilai tambah dapat meningkatkan laba atas investasi.