DATA BIAYA YANG BERKUALITAS DALAM MENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJERIAL DI RS (Part 2)

Berikut adalah lanjutan dari artikel DATA BIAYA YANG BERKUALITAS DALAM MENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJERIAL DI RS, mengenai pentingnya data biaya dalam mendukung keputusan manajerial, yang terkait dengan; targeted cost improvement plans, benchmarking, budgeting, service redesign, & performance management, menurut Chapman dkk (2016)[1],
Benchmarking
Setelah data biaya berbasis aktivitas diperoleh maka langkah lainnya dalam melakukan pengendalian biaya adalah melalui benchmarking. Benchmarking adalah cara yang ampuh untuk melibatkan para staff klinis dalam analisis peningkatan rencana pengendalian biaya. Pembandingan efektif dibangun dari diskusi dengan dokter mengenai apakah biaya lebih tinggi atau lebih rendah daripada penyedia lain. Diskusi antara ahli biaya dan dokter juga penting untuk memastikan bahwa data biaya secara tepat mencerminkan praktik dokter dan keputusan konsumsi sumber daya.
Diskusi semacam itu bertujuan untuk menjelaskan variasi dalam biaya antara dokter dan pasien. Dalam beberapa kasus, biaya yang lebih tinggi terjadi pada pasien yang membutuhkan perawatan yang lebih kompleks. Dalam kasus lain, perbedaan biaya disebabkan oleh perbedaan dalam praktik medis. Perbedaan dapat disebabkan, misalnya karena penggunaan obat yang berbeda atau bahan habis pakai lainnya, tetapi juga oleh teknik bedah yang berbeda. Perbedaan seperti itu, membentuk dasar diskusi di antara dokter yang bertujuan untuk berbagi pemahaman bersama mengenai kapan variasi sesuai, dan menyelaraskan beragam praktik klinis di mana bukti menunjukkan keseimbangan hasil dan biaya kesehatan yang ditentukan secara klinis.
Diskusi seputar perbandingan biaya antara lini layanan di berbagai RS juga dapat mengungkapkan perbedaan dalam konsumsi sumber daya untuk biaya tidak langsung. Jika penetapan biaya berdasarkan aktivitas tersedia, para pengambil keputusan dapat dengan mudah menemukan asal usul perbedaan tersebut dan berpotensi membuat layanan lebih efisien. Menurut Pizzini, 2006 (Chapman dkk (2016), biaya berbasis aktivitas telah terbukti mengurangi biaya keseluruhan, dan keuntungan utamanya mungkin sebenarnya terletak pada penggunaan sumber daya yang ada secara lebih efektif. Ini sangat penting dalam konteks mengatasi meningkatnya permintaan tanpa meningkatkan sumber daya yang tersedia.
Budgeting
Analisis terhadap data biaya yang dihasilkan oleh sistem biaya berbasis aktivitas sangat relevan untuk kepentingan manajemen dalam RS. Data penetapan biaya berdasarkan aktivitas dapat dilanjutkan untuk menginformasikan proses anggaran yang lebih tepat. Ketika tidak ada data biaya di tingkat pasien, bahayanya adalah anggaran diatur berdasarkan pengaturan, kekuatan dan kepentingan di masa lalu daripada kebutuhan, praktik, dan hasil klinis. Biaya berdasarkan aktivitas di tingkat pasien memungkinkan perkiraan biaya yang lebih akurat di tingkat layanan berdasarkan jumlah dan jenis pasien yang diharapkan. Proses anggaran menjadi lebih obyektif dan adil apabila didasarkan pada pemodelan konsumsi sumber daya yang ditentukan secara jelas.
Penentuan biaya berdasarkan aktivitas memiliki dua keuntungan utama. Ini memungkinkan pembangunan anggaran secara bottom-up, memungkinkan pemegang anggaran dan staf operasional untuk berpartisipasi dalam proses anggaran, serta memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai dampak proses kerjanya pada biaya yang ditanggung. Staf dapat memahami bagaimana biaya proses kerja saat membangun anggaran, misalnya terkait dengan biaya overhead tertentu. Selanjutnya, ini juga memungkinkan pemecahan tanggung jawab pemegang anggaran ke tingkat aktivitas. Dalam hal administratif, ini dapat memungkinkan kejelasan tanggung jawab dan manajemen biaya yang lebih efektif.
Service redesign
Informasi biaya berdasarkan aktivitas menginformasikan hasil yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan yang kuat mengenai bagaimana layanan perawatan kesehatan dapat diatur secara lebih efektif. Desain ulang layanan dapat membentuk keputusan pemilihan produk/layanan, di mana prosedur atau bidang klinis dapat ditingkatkan.
Pada tingkat sistem pelayanan kesehatan seperti RS, hal tersebut menjadi penting, di mana penyedia menghadapi restrukturisasi. Penyedia kemudian diminta untuk fokus pada layanan tertentu yang mewakili kekuatan mereka, sementara pesaing dapat mengambil alih layanan yang dianggap sebagai kelemahan. Alat umum yang direkomendasikan oleh Monitor, 2006 (dalam Chapman dkk, 2016) di Inggris, untuk membuat keputusan dalam kasus-kasus seperti itu adalah matriks portofolio. Matriks portofolio menghitung laba/rugi per jalur layanan dan ukuran relatif dari saluran layanan untuk penyedia. Pendekatan tersebut menggunakan informasi biaya berbasis aktivitas untuk menginformasikan kegiatan perancangan ulang sehingga layanan menjadi lebih bermanfaat secara klinis dan ekonomi.
[1] Christopher S. Chapman, Anja Kern, Aziza Laguecir, and Wilm Quentin, (2016), Management accounting and efficiency in health services: the foundational role of cost analysis