Browse By

INOVASI TEKHNOLOGI DALAM BIDANG ONKOLOGI

Pendahuluan

Bidang Onkologi sangat terkait dengan penyakit kanker, mulai dari proses deteksi, pengobatan, meringankan gejala, dan mencegah kekambuhan penyakit tersebut. Pada tahapan diagnosis, dokter onkologi memerlukan beberapa pemeriksaan awal antara lain seperti; pemeriksaan fisik, tes urine, tes darah, tes pencitraan, dan biopsi. Artinya, kemampuan peralatan & inovasi tekhnologi bidang onkologi akan sangat membantu dalam proses tersebut.

Aplikasi teknologi onkologi dalam pengobatan kanker

Berbagai riset mutakhir dan inovasi teknologi akan dapat mengubah bidang onkologi. Menurut sebuah artikel dalam situs www. arkenea.com, terdapat 8 aplikasi teknologi onkologi menjanjikan, yang dapat mengubah bidang diagnosis dan pengobatan kanker, seperti; Artificial Intelligence for cancer diagnosis, Early detection through determination of genetic predisposition, Teleoncology, Chatbots in cancer care, Smart devices for cancer therapy, AI-powered precision medicine, Nanotechnology in cancer treatment, Technology in Clinical drug trials and cancer research. Tulisan ini akan membahas 4 (dari 8) aplikasi

  1. Artificial Intelligence for cancer diagnosis. Beragam alat digital yang dipasangkan dengan analisis AI menjanjikan untuk meningkatkan akurasi dan kecepatan dokter. Kecerdasan buatan membuat terobosan dalam pelayanan kesehatan dan alat diagnostik dapat dilatih untuk membaca sampel jaringan dan pemindaian radiologis. Algoritme AI kini mampu mendeteksi melanoma dalam gambar lesi kulit yang diklik melalui kamera smartphone dengan presisi yang luar biasa.

Para peneliti di Helmholtz Zentrum München dan RS Universitas LMU Munich di Jerman (Helmholtz Zentrum München and the University Hospital of LMU Munich in Germany), telah memanfaatkan algoritme pembelajaran mendalam untuk secara otomatis mengklasifikasikan sel-sel dalam sampel darah untuk tanda tangan leukemia myeloid akut (acute myeloid leukemia/AML). Tingkat akurasi algoritma AI dalam mendeteksi AML cocok dengan para ahli sitologi yang meneliti hal yang sama.

Baca Juga:  PREDIKSI TENTANG ”COVID’S IMPACT CONTINUES & TECH AND RETAIL” DI INDUSTRI PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2023

Dalam studi lain, AI yang sama yang digunakan Google untuk mengidentifikasi objek secara online & dilatih untuk mengenali bentuk kanker. Kecerdasan buatan ternyata berhasil mengidentifikasi dengan benar sel kanker dalam sampel jaringan paru-paru seakurat mungkin dalam hitungan detik. Kekuatan diagnostik kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan pembelajaran mendalam menjadikannya kandidat yang ideal untuk deteksi kanker.

  1. Early detection through determination of genetic predisposition. Mengidentifikasi individu yang berisiko lebih besar terkena kanker dapat meningkatkan hasil pasien dan secara signifikan menurunkan tingkat kematian dengan memastikan akses lebih dini ke pengobatan. Teknologi mampu menentukan skor risiko individu untuk mengembangkan kanker. Ini dilakukan dengan melihat lokasi perubahan DNA dalam genom manusia dan menerapkan algoritma yang canggih.

Kecenderungan seseorang terhadap kanker dapat ditentukan berdasarkan penanda genetik. Seiring dengan susunan genetik, data tentang faktor genetik dan lingkungan lain yang dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya kanker dapat membantu menangkap penyakit saat masih dalam tahap awal.

  1. Teleoncology. Telemedicine semakin menjadi bagian dari strategi kesehatan digital RS dan penyedia layanan kesehatan. Ini memberi pasien keuntungan dari konsultasi virtual yang tersedia dari kenyamanan rumah mereka. Perawatan kanker cenderung berlangsung lama. Walaupun demikian, terdapat periode perawatan di rumah dan sesi kemoterapi yang diselingi dengan perawatan di RS. Teleoncology atau telehealth untuk pengobatan kanker memudahkan untuk mendapatkan konsultasi kesehatan tanpa harus ke RS.

Pada pasien yang menjalani kemoterapi, tingkat kekebalannya rendah dan teleoncology menyelamatkan mereka dari risiko infeksi yang didapat di RS. Klinik Cleveland meluncurkan program percontohan untuk pengobatan kanker prostat melalui teleoncology. Kanker prostat tingkat tinggi bisa mematikan, kasus tingkat rendah mungkin hanya perlu pemantauan dan keduanya terbukti mendapat manfaat dari program teleoncology di Klinik Cleveland.

  1. Chatbots in cancer care. Kemajuan dalam chatbots dan asisten perawat dapat membantu pasien bekerja lebih baik dalam memerangi penyakit. Chatbots digunakan untuk mengambil informasi yang mungkin dibutuhkan pasien, menjawab pertanyaan terkait perawatan yang mungkin mereka miliki, dan menentukan urutan panggilan.
Baca Juga:  PENGELOLAAN KAS DI RS (PART 2)

Chatbot perawat akan mencoba mempelajari apa yang membuat Anda sakit dengan menanyakan gejala Anda dan memanfaatkan data dari perangkat yang dapat dikenakan pasien dan catatan kesehatan orang lain dalam database. Pasien kanker dapat mencari konseling dari terapis virtual yang diprogram untuk berkomunikasi seperti manusia, menawarkan bimbingan untuk membantu diri sendiri, dan memberikan perhatian yang simpatik.