BSC & LAYANAN FARMASI

Pendahuluan
RS dan organisasi pelayanan kesehatan saat ini, menghadapi tuntutan dari berbagai pihak (pemerintah, swasta, dan konsumen) untuk mampu mengukur dan melacak kinerjanya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan layanan berkualitas. Karena itu, penting bagi manajemen RS untuk menerapkan konsep yang benar dalam mengukur dan melacak kinerjanya. Salahsatu caranya adalah dengan menerapkan Balanced scorecard (BSC)
BSC pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992 oleh Kaplan dan Norton sebagai cara untuk melihat kinerja secara luas, lebih dari sekadar ukuran finansial. BSC memuat 4 perspektif: pelanggan, proses internal, inovasi dan pembelajaran, serta keuangan. BSC juga sangat baik untuk diterapkan dalam unit/departeman suatu organisasi. Menurut Enwere dkk (2014)[1], BSC merupakan bagian penting dari rencana strategis departemen mana pun.
BSC dalam layanan Farmasi
Menurut Enwere dkk (2014), BSC pertama kali dikenal dalam farmasi sebagai alat untuk menunjukkan nilai farmasi dalam memenuhi metrik kinerja utamanya. Kepala farmasi juga menghadapi tantangan dengan meningkatnya biaya obat-obatan, sementara staf farmasi yang terbatas diharapkan untuk memberikan layanan farmasi berkualitas tinggi. Dalam hal ini, kepala farmasi harus menyeimbangkan sumber daya dan kinerja. Mereka harus menunjukkan bagaimana pencapaian keseimbangan tersebut. Data departemen dapat digunakan secara efektif untuk membantu mengukur keberhasilan departemen dalam memenuhi tujuan strategis mereka, yang secara ideal selaras dengan tujuan organisasi.
BSC and the department’s strategic plan (Enwere dkk, 2014)
Perencanaan strategis yang efektif sangat penting bagi departemen farmasi untuk mencapai tujuannya. Manajer farmasi harus berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan untuk mencapai pemahaman bersama mengenai tujuan, prioritas, inisiatif, dan arah masa depan untuk departemen farmasi. Secara tradisional, kepala farmasi dapat mencapai pemahaman ini melalui diskusi pribadi, buletin dan memo, presentasi dengan para pemangku kepentingan, serta pertemuan staf. BSC berisi sejumlah program dan proses yang mencerminkan rencana strategis departemen farmasi. BSC adalah cara lain dalam mengkorelasikan hasil departemen dengan misi, visi, dan rencananya.
Gambar 1 di atas, menggambarkan hubungan BSC dalam mendukung rencana strategis departemen. Kepala farmasi harus mampu menjelaskan secara efektif tujuan penerapan BSC dan bagaimana hal itu dapat berfungsi sebagai tolok ukur terkini dalam tujuan strategis.
[1] Enwere EN Jr, Keating EA, and Weber RJ, 2014, Balanced Scorecards As a Tool for Developing
Patient-Centered Pharmacy Services.