DUKUNGAN APLIKASI (SOFTWARE) AKUNTANSI DALAM PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN RSD BLU
Penulis: Tubagus Raymond
Pendahuluan
Sebagian besar RSD, saat ini telah menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Salahsatu konsekwensi dari bentuk BLU RSD adalah pertanggungjawaban keuangan dalam bentuk pelaporan. Setiap tahun, RSD BLU wajib menyusun laporan keuangan berbasis Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual. Hal tersebut tercantum pada PP no 23 tahun 2015 & PERMENDAGRI no 61 tahun 2007.
Implementasi PERMENDAGRI 64 tahun 2013, secara tidak langsung juga menuntut adanya pelaporan keuangan RSD sebagai SKPD PEMDA untuk menyusun laporan keuangan berbasis akrual, tanpa meninggalkan pelaporan realisasi anggaran (berbasis kas). Secara umum, kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan bagi RSD, baik sebagai BLUD maupun sebagai SKPD PEMDA adalah sbb; 1) Neraca, 2) Laporan Operasional (LO), 3) Laporan Arus Kas (LAK), 4) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE). dan 5) Laporan Realisasi Anggaran/LRA (tambahan laporan sebagai SKPD PEMDA).
Agar mampu menyusun laporan keuangan seperti dijelaskan, RSD BLU harus melibatkan berbagai pihak mulai para bendahara (penerimaan dan pengeluaran), dan tentunya bagian/subag/unit akuntansi terkait. Kewajiban di AUDIT oleh Auditor Independen/Kantor Akuntan Publik (disamping juga oleh BPK), mengharuskan laporan keuangan yang dibuat berdasarkan proses akuntansi yang berbasis transaksi harian. Implementasi proses akuntansi (jurnal hingga laporan) tentunya haruslah tetap konsisten, sehingga laporan yang dihasilkan benar-benar ”AUDITABLE”.
Penyusunan laporan keuangan “model rekap” Vs “proses akuntansi”
Walaupun “model rekap” dalam menyusun laporan keuangan tidak dikenal dalam akuntansi, namun kenyataanya banyak digunakan oleh berbagai RS. Secara umum, sebenarnya model ini hanyalah merekap data pendapatan, biaya, kas, piutang, dan akun neraca lainnya dalam satu periode tertentu (bulanan/tahunan). Hal ini dilakukan karena berbagai keterbatasan seperti system akuntansi, jumlah SDM, dan ketersediaan data.
Model rekap dipilih oleh beberapa RS agar supaya lebih cepat dalam menyusun laporan keuangan. Namun banyak kelemahan apabila laporan keuangan disusun dengan model seperti ini, yaitu;
1. Validitas laporan keuangan yang rendah.
Laporan keuangan bukan hanya merupakan kewajiban RSD BLU, tetapi juga sekaligus sebagai alat manajemen untuk mengukur kinerja keuangannya selama periode tertentu. Laporan keuangan dengan tingkat validitas yang rendah akan menyesetkan manajemen dalam mengukur kinerja keuangannya, disamping RSD akan kesulitas apabila di audit.
2. Kesulitan dalam menjamin nilai dalam laporan keuangan saling terhubung.
Ada beberapa nilai dalam laporan keuangan yang saling terhubung bahkan harus sama. Misalnya, nilai kas dan setara kas di neraca harus sama dengan nilai kas akhir periode di Laporan Arus Kas. Dengan model rekap sangat mungkin kedua akun ini tidak sama.
3. Sangat mungkin neraca “tidak imbang” ataupun “dibuat “imbang”.
Karena tidak dilakukan melaui proses akuntansi, sangat mungkin neraca tidak imbang. Hal ini sangat mungkin terjadi, karena nilai-nilai dalam akun neraca hanya diisi langsung kedalam format neraca berdasarkan data hasil rekapan. Bisa saja kemudian neraca dibuat “seolah-olah imbang”, dengan mengganti nilai salahsatu akun yang tidak berdasarkan nilai hasil rekapan.
Berbagai kelemahan model rekap seperti dijelaskan sebelumnya, mengharuskan RSD BLU, untuk mengaplikasikan proses akuntansi dalam menyusun laporan keuangan. Secara umum, urut-urutan proses akuntansi dalam menyusun laporan keuangan adalah; Jurnal, posting (ke buku besar/buku pembantu), neraca lajur, dan laporan keuangan. Walaupun membutuhkan waktu & SDM yang relatif banyak, Proses akuntansi yang dilakukan dengan benar dan didukung dengan data yang baik, akan menghasilkan laporan keuangan dengan tingkat validitas yang tinggi.
Validitas laporan keuangan yang tinggi secara otomatis akan membantu RSD BLU apabila di audit baik oleh BPK maupun oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). Untuk memulai hal ini tentunya diperlukan kesiapan infrastrukur system akuntansi, kesiapan SDM akuntansi, dan ketersediaan data.
Dukungan SDM, infrastruktur SIA, dan data dalam laporan keuangan RSD BLU
Rumahsakit merupakan organisasi yang kompleks dari berbagai aspek termasuk aspek akuntansi. Transaksi yang sangat banyak, mengharuskan pencatatan (proses akuntansi) di RS haruslah didukung dengan kesiapan infrastrukur sistem akuntansi, SDM akuntansi, dan ketersediaan data. Apabila proses akuntansi tidak di didukng dengan ketiga hal diatas, maka penyusunan laporan keuangan di RSD BLU akan sulit menghasilkan laporan keuangan dengan tingkat validitas yang tinggi.
Penyusunan laporan keuangan melalui proses akuntansi membutuhkan SDM akuntansi yang mampu untuk melakukan jurnal secara kontinyu. Apabila dilakukan secara manual (tidak dilakukan dengan software), proses ini juga membutuhkan SDM yang lebih banyak mengingat banyaknya transaksi di RS. Secara umum, berikut adalah beberapa kendala yang dihadapi RSD BLU apabila melakukan penyusunan laporan keuangan melalui proses akuntansi secara manual;
1. Membutuhkan waktu yang relatif banyak.
Penyusunan laporan keuangan melalui proses akuntansi secara manual akan memakan waktu yang rekatif banyak, apalagi dengan jumlah SDM akuntansi yang terbatas. Rentang waktu yang yang panjang dalam proses penyusunan laporan keuangan akan berdampak pada keterlambatan pelaporan keuangan RSD BLU baik untuk kebutuhan Audit BPK maupun KAP.
2. Membutuhkan SDM akuntansi yang relatif banyak.
Proses akuntansi seperti dijelaskan sebelumnya, apabila dilakukan secara manual di RSD BLU akan melibatkan SDM yang relatif besar (Minimal 4 SDM akuntansi). Karena, selain banyaknya transaksi, RS juga memiliki dattar aktiva tetap dan persediaan, yang cukup besar dan berada di semua unit. Hal ini tentunya harus didata dengan baik, dan juga harus dilakukan stock opname secara berkala untuk meyakinkan data yang ada tetap valid..
Kebutuhan jumlah SDM di RSD BLU untuk menyusun laporan keuangan secara manual, sangat sulit dipenuhi apabila suatu RS hanya dengan KASUBAG Keuangan, yang dibawahnya hanya ada satu orang staf akuntansi & verifikasi. Untuk RS yang telah memiliki, KASUBAG akuntansi pun biasanya hanya memiliki 1 atau 2 SDM/staf akuntansi PNS, selain KASUBAG. Untuk memenuhi jumlah SDM akuntansi, biasanya dilakukan melalui pengangkatan karyawan BLUD, yang tentunya saja akan menambah beban RS.
3. Membutuhkan dukungan system akuntansi dan data,
Data sangat krusial dalam menentukan tingkat validitas laporan keuangan RSD BLU. Data yang valid haruslah didukung dengan sistem akuntansi yang memadai, sehingga pencatatan (proses akuntansi) yang dilakukan menjadi baik dan menghasilkan laporan keuangan yang handal.
Beberapa kelemahan penyusunan laporan keuangan melalui proses akuntansi secara manual seperti dijelaskan diatas, mengharuskan RSD BLU untuk menggunakan software dalam proses penyusunan laporan keuangannya. Penggunaan “Software” akuntansi menjadi mutlak dilakukan untuk mendukung proses akuntansi dalam menyajikan laporan keuangan berbasis akrual tanpa meninggalkan basis kas (Laporan Realisasi Anggaran).
Bantuan aplikasi (software) akuntansi dalam menyusun LK RSD BLU
Keberaadaan SDM akuntansi yang trampil di RSD BLU harus juga didukung dengan software akuntansi yang mumpuni, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan memiliki tingkat validitas yang memadai. Namun, software akuntansi yang akan digunakan sebaiknya bukan software “akuntansi akrual biasa“ (seperti Zahir, ACCURATE, MYOB, dll), tetapi software tersebut harus juga mampu menghasilkan laporan lainnya seperti Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Kebutuhan akan software akuntansi yang dapat menyajikan neraca, LO, LPE, LAK, dan LRA secara bersamaan sangat di butuhkan oleh RSD BLU. Sehingga proses penyusunan laporan keuangan akan menjadi lebih cepat, hemat (SDM yang minimal), dan memiliki tingkat validitas yang tinggi. Karena itu, software akuntansi yang nantinga digunakan di RSD BLU, harus memiliki kriteria sbb;
1. Merupakan software akuntansi berbasis akrual,
2. Mudah digunakan,
3. Menghasilkan laporan keuangan standar neraca, LO, LPE, LAK,
4. Menghasilkan laporan keuangan yang juga diwajibkan untuk RS sebagai SKPD, yaitu LRA.
TAMPILAN “LAPORAN KEUANGAN” DALAM SOFTWARE
Laporan yang harusnya ada dalam software akuntansi RSD BLU adalah neraca, LO, LPE, LAK, dan tentunya saja LRA. Agar supaya tidak bekerja 2 kali, semua laporan tersebut langsung dapat disajikan setelah SDM akuntansi melakukan proses akuntansi (jurnal melalui software).
TAMPILAN NERACA
Berikut adalah tampilan neraca dalam “software akuntansi” khusus RSD BLU.
TAMPILAN LAPORAN OPERASIONAL (LO)
Berikut adalah tampilan LO dalam “software akuntansi” khusus RSD BLU.
TAMPILAN LAPORAN ARUS KAS (LAK)
Berikut adalah tampilan LAK dalam “software akuntansi” khusus RSD BLU.
TAMPILAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS (LPE)
Berikut adalah tampilan LPE dalam “software akuntansi” khusus RSD BLU.
TAMPILAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA)
Berikut adalah tampilan LRA dalam “software akuntansi” khusus RSD BLU.