Browse By

BAGAIMANA MANAJEMEN RS MEMPERLEBAR MARGIN KEUNTUNGANNYA?

Pendahuluan

Pertumbuhan merupakan salahsatu kunci bagi setiap organisasi bisnis (termasuk RS), agar mampu mempertahankan kelangsungan hidup jangka panjangnya. Tulisan ini akan mencoba mengulas tentang upaya manajemen RS swasta di Indonesia, dalam mempertahankan bisnisnya dengan memperlebar margin (keuntungan). Upaya tersebut tentunya tidak mudah saat ini, dimana telah terjadi perubahan model pembayaran di era JKN (BPS) yang secara pasar sangat banyak. Pada bagian akhir tulisan ini akan memaparkan strategi bersaing menurut Porter yang dapat dijadikan acuan bagi manajemen RS dalam mengimplementasikan strateginya.

Kondisi Laba RS

Tujuan setiap organisasi bisnis adalah mencapai pertumbuhan dibarengi dengan mempertahankan kelangsungan hidup jangka panjangnya. Memaksimalkan keuntungan merupakan kunci untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Margin keuntungan atau biasanya dikenal dengan LABA merupakan selisih antara pendapatan (total) dengan biaya (total) suatu organisasi bisnis. Bagi RS swasta kondisi ini sangat penting, karena disamping membuat RS-nya tetap survive, juga dapat membagikan deviden kepada pemilik sesuai kesepakatan. Penting bagi manajemen untuk tetap mempertahankan posisi laba tersebut, bahkan lebih penting lagi untuk mengupayakan terjadinya peningkatan laba. Bagi RS yang telah mencapai posisi laba, maka terdapat beberapa kondisi yang memungkinkan laba terus meningkat, yaitu:
  1. Pendapatan & biaya meningkat, tetapi peningkatan pendapatan lebih besar dari peningkatan biaya (kondisi I),
  2. Pendapatan tetap, tetapi biaya mengalami penurunan (kondisi II),
  3. Pendapatan mengalami penurunan, tetapi penurunan biaya lebih besar dari penurunan pendapatan (kondisi III).
Pada kondisi pertama banyak sekali terjadi di era sebelum berupahnya model pembayaran di era JKN (BPJS), atau RS yang memiliki pasar yang sebagian besar adalah masyarakat kelas atas. Kondisi pertama bisa saja terjadi di RS yang sebagian besar pasiennya adalah peserta BPJS, tetapi dengan upaya yang sangat keras. Itupun akan dapat terjadi dengan kondisi tertentu seperti; terjadinya perubahan tarif pasien BPJS, ataupun terjadinya peningkatan pasien secara signifikan.  Sedngkan kondisi kedua  & ketiga sangat lumrah terjadi  bagi RS yang sebagian besar pasiennya  adalah peserta BPJS. Agar RS dapat mampu mempertahankan atau meningkatkan LABA-nya, maka merupakan suatu  kewajiban bagi manajemen untuk mengelola biaya. Mereview atau melihat biaya-biaya besar yang terjadi adalah Langkah awal untuk melakukan efesiensi biaya. Hal ini sangat terkait pada seberapa efisien pendapatan yang ada dan seberapa efektif biaya diminimalkan. Karena aliran pendapatan yang fluktuatif dan terus menurun, maka organisasi dipaksa untuk menyelaraskan kembali struktur biayanya melalui investasi dalam strategi manajemen biaya yang efektif untuk meningkatkan laba.  Dalam konteks ini, eksekusi dari setiap strategi yang dipilih harus dikelola dengan hati-hati untuk memastikan keseimbangan yang tepat antara pertumbuhan pendapatan dan biaya. Menghubungkan manajemen biaya dengan strategi organisasi adalah hal yang sangat penting.
Baca Juga:  SEANDAINYA BPJS KESEHATAN DIKELOLA SEPERTI START UP

Memahami strategi bersaing ”Porter” untuk memperlebar margin

Kemampuan RS untuk mencapai tingkat laba tertentu, akan sangat bergantung antara lain pada strategi yang dipilih & kondisi pasar sasaran. Disamping pasar, strategi sangat diperlukan organisasi bisnis (termasuk RS) agar mampu bertahan dan berkembang. Terkait dengan hal tersebut, salahsatu strategi yang sering digunakan adalah Competitive strategy atau strategi bersaing. Salah satu konsep strategi bersaing yang sangat popular yang dikemukakan oleh Michael E. Porter adalah konsep Generic Strategy. Porter membagi strategi ini menjadi;
  1. Cost Leadership Strategies (strategi kepemimpinan biaya). Strategi ini digunakan dengan tujuan agar organisasi bisnis mendapatkan manfaat kepemimpinan biaya rendah. Strategi ini dilakukan dengan menekankan produksi produk-produk yang distandardisasi dengan biaya per unit yang sangat rendah untuk para konsumen yang peka terhadap harga.
  2. Differentiation Strategies. Strategi deferensiasi berusaha untuk menciptakan produk/jasa yang memiliki keunikkan tersendiri disbanding produk pesaing. Untuk menciptakan diferensiasi produk erat dengan berapa tambahan yang harus dilakukan agar orang dapat mengetahui bahwa produk itu berbeda dengan produk lainnya. Karena itu, menciptakan diferensiasi produk dapat dikatakan perlu biaya yang besar.
  3. Focus Strategies (Strategi Fokus). Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya – terutama pada perusahaan skala menengah dan besar –, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi deferensiasi.