TIGA AKSIOMA FUNDAMENTAL KEPEMIMPIN
Pendahuluan
Salahsatu penebab sebuah RS memiliki kinerja yang baik adalah karena di belakangnya berdiri seorang pemimpin yang hebat Pemimpin diharapkan membuat organisasi terkenal dengan pekerjaan baiknya, sehingga akan membawa organisasi menuju kejayaan. Seorang pemimpin yang efektif dapat mengatasi berbagai tantangan, dengan mengambil tindakan berani untuk mengubah budaya dan struktur, serta mengubah organisasi. Pentingnya pemimpin yang hebat, dapat terlihat pada pemberian penghargaan RS ”TOP”, yang mendasarkan kriterianya pada lima kategori, yaitu: Kualitas dan perubahan, keamana, kepemimpinan, budaya organisasi, & pengaruh eksternal (www.chks.co.uk).
Berdasarkan observasi di publik dan privat sektor, Hodgetts (2011)[1] menyimpulkan bahwa tidak ada karakteristikr pemimpimpin yang universal. Apa yangdikerjakan di suatu tempat, mungkin tidak bisa di tempat lain. Walaupun pemimpin dapat membuat organisasi berkinerja baik, namun organisasi bisa menjadi mesin yang menghancurkan para pemimpin. Disamping itu, pemimpin yang tidak efektif dapat menimbulkan kekecewaan anggota dan ketidaknyamanan organisasi.
Tiga Aksioma Kepemimpinan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), aksioma adalah pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa memerlukan pembuktian. Menurut Hodgetts (2011), terdapat tiga aksioma fundamental kepemimpinan:
1. Situasional. Akal sehat memberitahu kita bahwa kepemimpinan itu situasional, karena jenis kepemimpinan yang dibutuhkan akan dipengaruhi oleh situasi. Banyak pemimpin memiliki waktu dan tempatnya. Misalnya, Winston Churchill: seorang pemimpin masa perang yang inspiratif, tetapi bulldog style-nya tidak sesuai dengan agenda rekonstruksi di Inggris pasca perang. Sebaliknya, Nelson Mandela memiliki kemampuan untuk menawarkan kepemimpinan dalam konteks yang sangat berbeda.
Penginderaan situasi adalah kunci kepemimpinan yang efektif; mengambil sinyal situasi penting, memahami apa yang terjadi di bawah permukaan, memiliki keterampilan mikro dan makro, & berjalan di koridor serta mengelola rapat dewan yang penuh tekanan dan menantang. Situasi ini adalah titik awal. Setelah dipahami, tindakan kemudian dapat membentuk konteks tersebut untuk disampaikan secara efisien. Pemimpin dapat mengubah situasi, dan tidak mengubah diri mereka sendiri. Mereka mendukung orang lain untuk mengubah konteks dan mengembangkan hubungan yang sangat penting itu.
2. Non Hierarkis. Kepemimpinan produktif tidak hierarkis. Menariknya, jabatan mungkin memberikan otoritas hierarkis, tetapi itu tidak menjadikan anda seorang pemimpin. Kualitas yang membawa seseorang ke puncak organisasi, mungkin tidak ada hubungannya dengan kepemimpinan, tetapi mungkin muncul karena kecerdasan politik, ambisi pribadi, waktu melayani, nepotisme dan sejenisnya. Organisasi yang hebat memiliki pemimpin yang hebat di semua tingkatan. Organisasi yang sukses berupaya membangun kapasitas kepemimpinan secara luas dan memberi orang kesempatan untuk mengembangkannya.
3. Relasional. Kepemimpinan relasional sangat penting untuk sukses sebagai seorang pemimpin, karena anda tidak bisa menjadi pemimpin tanpa pengikut. Kepemimpinan adalah konstruksi sosial yang diciptakan kembali oleh hubungan antara pemimpin dan orang-orang yang mereka cita-citakan untuk memimpin. Para pemimpin secara aktif terlibat dalam rangkaian hubungan kompleks yang membutuhkan penanaman dan pengasuhan. Jaring hubungan seringkali rapuh, membutuhkan penciptaan kembali yang konstan. Hubungan tidak selalu harmonis, mereka sering "tegang" dan memberikan tantangan dalam organisasi yang sehat; tantangan untuk meningkatkan, berinovasi, dan mengambil risiko.
Yang mendasari semua hal di atas adalah keaslian, konsistensi antara kata dan perbuatan, koherensi dalam kinerja peran, dan benang merah yang mendasari fokus dan keadilan. Pemimpin perlu menjadi diri sendiri, mengenal dan menunjukkan diri, menantang diri sendiri dan orang lain, serta mengambil risiko. Kepemimpinan sejati terbukti melalui perilaku individu. Apa yang Anda lihat dan alami adalah apa yang Anda dapatkan.
Accredited Managers
Menurut Hodgetts (2011), pemimpin yang baik dapat mengukur diri mereka sendiri, dan cara yang tepat untuk melakukannya adalah dengan melihat sebelas perilaku yang membentuk pengembangan profesional berkelanjutan manajer terakreditasi IHM. Kesebelas perilaku tersebut adalah:
1. Contextual leadership,
2. Managing the political and stakeholder environment,
3. Delivery outputs,
4. Putting safety first,
5. Managing resources effectively and efficiently,
6. Building winning teams,
7. Communication and relationship management,
8. Improvement and innovation,
9. Integrating equalities & diversity (Mengintegrasikan kesetaraan dan keragaman),
10. Reflection, and,
11. Governance (Tata Kelola).
[1] Sue Hodgetts, 2011, Effective Leadership: The Key to Successful Hospital Management