PENTINGNYA FRAMEWORK DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN BSC DI RS

Pendahuluan
Sebagai alat multidimensi untuk mengukur kinerja dan mengelola organisasi, Balanced scorecard (BSC) telah digunakan dalam organisasi pelayanan kesehatan. Menurut Samani and Kohan (2011)[1], tantangan penerapan konsep BSC dalam sistem pelayanan kesehatan adalah menentukan dimensi dan indikator yang tepat. Mereka mengusulkan untuk melakukan studi literatur yang relevan agar dapat mengungkapkan bahwa RS yang berbeda menggunakan berbagai dimensi dan indikator yang muncul dari perbedaan strategi dan visi dalam konteks budaya dan kebutuhan organisasi.
Pada tulisan sebelumnya (lihat artikel tentang; BSC dalam pengukuran kinerja organisasi pelayanan kesehatan), telah dipaparkan terkait implementasi BSC dalam organisasi pelayanan kesehatan. Pada tulisan ini, akan dipaparkan terkait kerangka kerja agar implementasi BSC di RS dapat berjalan dengan baik.
Kesenjangan dalam menerapkan BSC di RS
Samani and Kohan (2011), melakukan studi literatur terhadap kerangka kerja konseptual dalam implementasi BSC di RS. Mereka berpendapat bahwa terkait konsep BSC dan implementasinya dalam layanan kesehatan, masih terdapat kesenjangan BSC dan kesenjangan implementasi dalam sistem pelayanan kesehatan. Kesenjangan konsep BSC tersebut meliputi;
- Tidak adanya dimensi daya saing (Neely et al., 1995),
- Kurangnya pertimbangan untuk pengukuran sumber daya manusia, kepuasan karyawan, kinerja pemasok, kualitas produk/layanan, dan perspektif lingkungan/masyarakat (Brown, 1996; Lingle dan Schiemann, 1996; Maisel, 1992),
- Kurangnya integrasi antara tingkat atas, strategi scorecard dan langkah-langkah tingkat operasional (Hudson et al., 2001),
- Kesenjangan utama dalam menerapkan konsep BSC pada sistem pelayanan kesehatan adalah dimensi dan indikator yang dikembangkan tidak komprehensif untuk memenuhi tujuan RS dan digunakan untuk perbandingan (Gurd dan Gao, 2008; Griffith et al., 2002).
Pentingnya studi untuk menetukan indikator kinerja yang sesuai
Berbagai studi menunjukkan bahwa banyak sistem dan penyedia layanan kesehatan (termasuk RS) menggunakan konsep BSC untuk mengukur dan mengelola kinerja karena BSC lebih dapat disesuaikan dengan kompleksitas proses dalam layanan kesehatan. Namun, tantangan utama dalam menerapkan BSC adalah menentukan dan menerapkan indikator yang sesuai untuk setiap dimensinya.
Penentuan dan penerapan indikator BSC yang sesuai di RS sangat penting. Karena itu, disarankan untuk melakukan kajian yang berbeda dalam menggunakan berbagai indikator dan dimensi (baik menambah atau mengubah dimensi). Alasan utamanya adalah perbedaan dalam strategi dan visi layanan kesehatan. Hal ini penting, karena dalam menerapkan konsep BSC, budaya dan kebutuhan organisasi harus dipertimbangkan. Sistem pelayanan kesehatan jelas memiliki strategi, visi, budaya serta kebutuhan yang berbeda.
Pembahasan lebih lanjut klik di sini
[1] Daruosh Zargari Samani and Majid Fathihi Zahrai Kohan, 2011, Framework for implementing balanced scorecard in hospitals