THE FOURTH INDUSTRIAL REVOLUTION’S (Part 1)
Pendahuluan
Gaung dan realitas revolusi industri keempat telah dirasakan di semua negara. Hal ini menjadi perhatian, karena dampak revolusi industri keempat sangat besar, termasuk masa depan pekerjaan. Revolusi industri ini, dianggap sebagai perubahan yang akan sangat mempengaruhi sektor manufaktur. Sedangkan Industry 4.0 adalah istilah yang saat ini digunakan untuk menggambarkan perubahan luas dalam industri. Cakupannya berupa otomasi kontemporer, pertukaran data, dan teknologi manufaktur, cyber-physical systems dan Internet of Things.
Menurut tulisan di www.touchfinancial.co.uk, istilah 'Industri 4.0' telah digunakan selama beberapa tahun, sejak German government’s high-tech strategy, tetapi baru mendapatkan perhatian serius pada satu atau dua tahun terakhir. Saat ini Industry 4.0 semakin terlihat, sehingga setiap bisnis harus bersiap untuk memanfaatkan peluang yang ada dan menangani dampaknya. Masih mengacu pada tulisan tersebut, industri 4.0 pada dasarnya adalah tahap selanjutnya dalam digitalisasi sektor manufaktur. Tiga perubahan besar sebelumnya di bidang manufaktur adalah revolusi lean tahun 1970-an, outsourcing di tahun 90-an dan otomatisasi pada tahun 2000-an. Data besar, analitik canggih, human-machine interfaces dan transfer digital ke bentuk fisik (pikirkan pencetakan 3D) semuanya bergabung untuk membentuk revolusi manufaktur keempat.
Perkembangan tekhnologi robotic yang cepat di China[1]
Yaskawa adalah salah satu perusahaan manufakturing robotik yang berbasis di Shanghai. Mizutani mengatakan bahwa ketika perusahaannya mulai beroperasi di China pada tahun 1996, mereka hanya menjual lusinan robot per tahun. Sekarang mereka dapat menjual ribuan. Menurut Federasi Robotik Internasional, tahun lalu 23.000 unit terjual di China, menjadikannya pasaran yang berkembang paling pesat di dunia. Wang Zhiliang (direktur Departemen Internet di Universitas Sains dan Teknologi di Beijing) mengatakan bahwa industri di China sebelumnya tidak antusias dengan proses otomasi. Namun tidak demikian setelah semakin banyak pabrik menyadari bahwa penggunaan robot tidak hanya meningkatkan kualitas, tapi juga dapat mendongkrak keuntungan.
Institut Otomasi Shenyang yang berfokus pada robotik di China, sudah kebanjiran pesanan robot hingga 2015. Wang menambahkan, kuncinya terletak pada meningkatnya upah tenaga kerja di China pada tahun-tahun belakangan ini. Foxconn (salah satu perusahaan manufakturing terbesar di China) yang juga merakit produk-produk Apple, telah menetapkan target untuk menambahkan satu juta robot tahun depan. Tren ini juga meluas, tak hanya bagi pabrik. Kini mereka jua mempunyai robot-robot yang dapat digunakan di RS dan dapat membantu dengan penyembuhan sendi atau menjalankan berbagai prosedur sederhana.
Paradigm baru dalam era revolusi industri keempat
Dalam tulisannya terkait dengan era revoluasi industri keempat ini, Tae Yoo (2019)[2], mengungkapkan beberapa hal, yang oleh penulis diringkas sebagai berikut;
- Bekerja bersama dengan cara baru
Di masa mendatang institusi pendidikan, pengusaha, dan individu bekerja bersama dengan cara yang sepenuhnya baru. Mereka bekerja sama untuk memberikan dasar bagi pembelajaran berkelanjutan, sehingga setiap orang dapat berpartisipasi dalam revolusi industri keempat. Paradigma baru ini akan membahas pengembangan keterampilan yang berkelanjutan dan memicu pekerjaan yang berkelanjutan, baik untuk saat ini maupun yang akan datang. Synergistic consumption models yang didukung oleh model pendapatan baru untuk lembaga pendidikan perlu dikembangkan. Begitu jua dengan pusat pembelajaran dan inovasi yang saling menguntungkan. Hal ini berdasarkan pada hubungan baru antara lembaga pendidikan, pengusaha, dan individu, dengan komitmen jangka panjang untuk memastikan keberlangsungan kerja yang berkelanjutan.
Lanjut pada artikel berikutnya.