Browse By

STRATEGI RS AS TAHUN 2021: MENINGKATAN PEREKRUTAN DALAM MENGATASI KEKURANGAN SDM

Pendahuluan

Pandemi COVID-19, menyebabkan prioritas utaman RS AS (di tahun 2020) adalah mengurangi kenaikan biaya. Pada tahun tersebut, banyak terjadi pemotongan biaya karena  cuti, PHK, dan tunjangan yang ditangguhkan. Hal ini harus dilakukan, karena pandemi telah mengguncangan keuangan RS & sistem kesehatan. Namun, upaya tersebut telah menyebabkan terjadinya kekurangan tenaga kerja yang dapat berpengaruh pada pemberian perawatan pasien. Hal ini secara otomatis akan menunda pencapaian tujuan organisasi.

Mengantisipasi hal tersebut, manajemen RS mulai mempercepat perekrutan SDM di taun 2021. Saat ini, berbagai RS di AS mulai fokus pada upaya perekrutan, dengan menawarkan sejumlah tunjangan bagi calon SDM. Mempercepat perekrutan merupakan langkah dalam mengantisipasi terjadinya peningkatan permintaan. Hal ini adalah tren berkelanjutan, karena terjadinya kekurangan profesional kesehatan yang berkualitas dan meningkatnya permintaan akan layanan perawatan kesehatan.

Hospitals ramp up hiring, benefits offerings to counter the workforce shortage... (Dave Muoio, 2021)[1]

Menurut survei industri terbaru, 40% sistem kesehatan mengatakan bahwa mereka mempercepat perekrutan pada musim semi ini, menurut survei industri baru. Hal ini sangat kontras dengan tahun 2020, dimana terjadi pemotongan biaya karena  cuti, PHK, dan tunjangan yang ditangguhkan. Karena mengalami kekurangan staf, banyak RS mulai berfokus pada upaya perekrutan & penawaran tunjangan dalam upaya untuk meningkatkan & mempertahankan tenaga kerjanya. Hasil survei terbaru yang dilakukan oleh perusahaan layanan profesional Aon terhadap 150 sistem kesehatan dari, menyatakan bahwa 40% responden mengatakan bahwa mereka telah mempercepat perekrutan sebagai tanggapan atas meningkatnya permintaan. Tiga puluh enam persen mengatakan bahwa mereka mempertahankan praktik perekrutan normal mereka sementara 24% sisanya mengatakan mereka merekrut dengan hati-hati, menunda perekrutan, bahkan belum melakukan perekrutan.

Baca Juga:  TRANSISI MODE KRISIS (IMPERATIVES FOR HEALTH SYSTEM LEADERS)

Hasil survei tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan, apabila dibandingkan dengan survei tahun sebelumnya. Aon mencatat bahwa ketika pemotongan biaya yang disebabkan oleh penguncian (tahun 2020), menyebabkan responden melaporkan cuti yang meluas (54%), PHK (45%), buyouts (10%) dan kontribusi program pensiun yang ditangguhkan (15 %).  Menurut Sheena Singh (senior vice president of Aon’s national healthcare industry practice), prioritas utama pada tahun 2020 adalah untuk mengurangi kenaikan biaya bagi pemberi kerja, dan hal ini dapat dimengerti, mengingat guncangan keuangan yang terjadi pada sistem kesehatan. Sekarang, pandemi telah memperburuk kekurangan tenaga kerja yang dapat berdampak pada pemberian perawatan pasien, menunda pencapaian tujuan organisasi dan mempercepat kelelahan di antara staf klinis.

Pemilik RS & sistem kesehatan, sebagian besar mengatakan bahwa mereka memperhatikan masalah yang dapat mempengaruhi tenaga kerjanya, yang utama di antaranya adalah kelelahan karyawan (77%), keseimbangan kehidupan kerja (76%), tekanan keuangan (75%) & dukungan untuk keragaman, kesetaraan & manfaat inklusi (73%). Pada saat yang sama, banyak responden mengatakan bahwa mereka mempertimbangkan strategi yang berkaitan dengan menarik & mempertahankan talenta berkualitas tinggi (93%), mengembangkan talenta yang ada (86%) & meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja (77%), sebagai faktor kunci sukses jangka panjang bisnisnya.

Responden survei juga menyoroti daftar luas manfaat yang mereka tawarkan kepada karyawan. Program penggantian biaya kuliah adalah yang paling umum dengan jangka panjang (94%), diikuti oleh pilihan kerja yang fleksibel (69%), dan kebijakan liburan tunai (66%). Tidak ketinggalan di antara ini adalah peningkatan pengeluaran manfaat kesehatan. Menurut laporan tersebut, rata-rata biaya tunjangan kesehatan diproyeksikan tumbuh 2,7% per karyawan untuk tahun 2021, sebagian besar didorong oleh layanan medis yang ditangguhkan dari tahun sebelumnya. Tujuh puluh tujuh persen pemilik RS mengatakan bahwa mereka ingin menutupi lebih dari tiga perempat biaya perawatan kesehatan karyawan mereka, sementara 23% mengatakan bahwa mereka menawarkan opsi tanpa biaya untuk setidaknya beberapa tenaga kerjanya. Menurut Singh, menarik dan mempertahankan talenta tetap menjadi prioritas utama, dan sistem kesehatan telah memprioritaskan manfaat sebagai mekanisme untuk menghargai tenaga kerjanya. Hal ini adalah tren yang akan berlanjut, karena teradinya kekurangan profesional kesehatan yang berkualitas dan meningkatnya permintaan akan layanan perawatan kesehatan. Karena itu, organisasi pelayanan kesehatan akan berusaha membangun tenaga kerja yang tangguh setelah pandemi COVID-19.

Baca Juga:  UPAYA NHS DALAM MELAKUKAN ”LASTING REFORM” UNTUK PEMBARUAN KESEHATAN DAN PERAWATAN PASCA PANDEMI

Para eksekutif RS, telah menyoroti biaya tenaga kerja yang meningkat sebagai beban substansial pada keuntungan mereka. Survei McKinsey terbaru misalnya, mengungkapkan peningkatan tahun ke tahun dalam pergantian perawat dan tingkat kekosongan, serta rencana untuk meningkatkan upah untuk mengimbangi kerugian tersebut. Meskipun pandemi secara luas diakui sebagai faktor penyebab kekurangan tenaga kesehatan, satu serikat pekerja nasional baru-baru ini menyalahkan tindakan pemotongan biaya RS yang terlalu bersemangat, yang menurut mereka menimbulkan masalah keamanan dan membuat perawat menjauh dari perawatan langsung.

[1] Dave Muoio, 2021, Hospitals ramp up hiring, benefits offerings to counter the workforce shortage, survey says