Browse By

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP ORGANISASI BISNIS: KEBUTUHAN SDM KEUANGAN DALAM MENINGKATAN KETRAMPILANNYA

Pendahuluan

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari 3 tulisan sebelumnya dengan judul “Dampak pandemi covid-19 bagi organisasi bisnis”, ”Dampak pandemi covid-19 terhadap sistem kompensasi diorganisasi bisnis”, & ”Dampak pandemi covid-19 terhadap finance function priorities & personnel challenges di organisasi bisnis”. Ketiga tulisan sebelumnya telah mengangkat tentang item pertama hingga keempat dari 7 item fokus yang dilakukan oleh Institute of Management Accountants/IMA dalam studinya. Studi tersebut di dilakukan teradap organisasi bisnis di lima negara: Cina, India, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat, tentang dampak pandemi pada fungsi keuangan, dengan fokus pada perubahan kepegawaian, kompensasi, dan keterampilan yang dibutuhkan (Lawson, 2020)[1]. Karena itu,  tulisan ini akan mengangkat item kelima dari hasil studi tersebut, yaitu Impact on skills needed.

Impact on skills needed

Minat profesional keuangan dalam meningkatkan keterampilan tidak dipengaruhi oleh terjadinya pandemi. Dalam survei diperoleh bawa 78% responden sudah tertarik untuk meningkatkan keterampilan atau keterampilan ulang sebelum pandemi, dengan persentase tertinggi di Arab Saudi (89%) dan Cina (88%) dan terendah di AS (58%). Saat ini kekhawatiran yang signifikan mengenai apakah keterampilan profesional yang ada akan tetap relevan di era pasca COVID-19. Hasil survei menunjukkan bahwa 12% responden survei percaya bahwa keterampilan mereka tidak akan relevan, dan 10% lainnya tidak yakin. Sekali lagi, hasil bervariasi menurut negara, dengan responden di AS paling yakin dengan relevansi keterampilan mereka pasca pandemi. Mereka yang berada di India adalah yang paling tidak percaya diri, dengan hanya 69% percaya bahwa keterampilan mereka akan relevan, 15% percaya bahwa mereka tidak akan relevan, dan 16% tidak yakin.

Baca Juga:  MENGENAL LEBIH DEKAT; STANFORD HEALTH CARE

Responden yang lebih muda cenderung percaya bahwa keterampilan mereka tidak akan relevan setelah pandemi dibandingkan dengan responden yang lebih tua (lebih dari 50 tahun). Berbeda dengan kelompok usia lainnya, semua responden yang berusia lebih dari 60 tahun percaya bahwa keterampilan mereka akan relevan di masa depan. Ini dapat mencerminkan posisi yang lebih senior dari SDM lainnya, di mana keterampilan "lunak"  (soft” skills) menjadi semakin penting, sedangkan keterampilan teknis  (hard technical skills)tidak begitu penting. Responden di perusahaan kecil (kurang dari 100 karyawan) juga lebih memperhatikan keterampilan mereka, dengan 14% percaya bawa keterampilan mereka tidak akan relevan dan 11% tidak yakin, dibandingkan dengan 9% dan 11% untuk organisasi menengah (100-999 karyawan), & 8% dan 9% untuk perusahaan besar (1.000 karyawan atau lebih). Hal ini mungkin mencerminkan bahwa lebih sedikit sumber daya yang tersedia bagi karyawan di perusahaan kecil untuk mengembangkan & mempertahankan keterampilan mereka.

Tingkat pengangguran yang tinggi saat ini, secara global telah menyebabkan para profesional keuangan lebih tertarik untuk memperoleh keterampilan baru. Hasil survei menunjukkan bahwa 68% responden menunjukkan lebih tertarik untuk meningkatkan keterampilan karena pandemi. Persentase ini terbesar di Cina (78%) dan terendah di A.S. (49%). Minat untuk meningkatkan keterampilan ini tidak hanya aspiratif. Hasil survei menunjukkan bahwa 75% responden survei berupaya meningkatkan keterampilan kerja mereka selama pandemi. Sementara mayoritas responden di setiap negara dalam studi ini melakukannya, dengan persentase terbesar di China (84%) dan India (83%), sedangkan terendah terjadi di A.S. (60%). Ada kepercayaan di semua wilayah bahwa peningkatan keterampilan dapat membantu kemajuan karier, dengan 80% setuju dengan gagasan ini. Keyakinan ini juga dianut secara luas di antara sebagian besar kelompok usia, hanya menurun pada mereka yang berusia 60-an ke atas. Ini mencapai puncaknya pada mereka yang berusia 30 hingga 39 tahun. Hal ini mungkin karena banyak dari mereka berada pada tahap di mana mereka mencari kemajuan karir, dan dengan demikian merasa perlu menyegarkan diri mereka dengan keterampilan.

Baca Juga:  CEO HARUS FOKUS PADA ISU-ISU STRATEGIS SAAT MENGHADAPI KRISIS

Ada juga tingkat kesepakatan yang tinggi antar gender, meskipun perempuan (82%) sedikit lebih mungkin dibandingkan laki-laki (78%) untuk melihat peningkatan keterampilan membantu memajukan karir mereka. Pengecualian terjadi di Arab Saudi di mana, mungkin karena peran gender yang lazim, laki-laki (88%) sedikit lebih mungkin untuk setuju daripada perempuan (81%). Telah banyak dilaporkan oleh IMA dan lainnya bahwa transformasi digital dari fungsi keuangan akan mengubah peran yang dimainkan oleh keuangan, pekerjaan di fungsi keuangan, dan keterampilan yang dibutuhkan oleh mereka yang berada di fungsi keuangan. Hasil survei tentang dampak yang dirasakan COVID-19 dibandingkan dengan dampak transformasi digital, menunjukkan bahwa sekitar 58% responden percaya pandemi akan mengganggu keterampilan kerja. Tingkat kesepakatan paling tinggi di India (70%). Tingkat kesepakatan terendah (dan tingkat ketidaksepakatan tertinggi) berada di A.S. (42%), yang mungkin mencerminkan politisasi tanggapan terhadap pandemi di sana. Arab Saudi dan UEA sama-sama memiliki 58% responden setuju, sementara 59% responden di China setuju.

[1] Raef Lawson, PH.D., CMA, CSCA, CPA, 2020, The impact of covid-19 on the finance function